Waspada, Patah Hati Dapat Memicu Serangan Jantung

Ade Sulaeman

Penulis

Waspada, Patah Hati Dapat Memicu Serangan Jantung

Intisari-Online.com - Di tahun 1986 ada seorang wanita (44) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Massachusetts karena merasakan nyeri hebat di dada dan lengan kirinya. Itu sebenarnya tanda klasik dari serangan jantung.

Namun ternyata, setelah diperiksa, wanita itu tidak mengalami serangan jantung yang disebabkan penyumbatan pembuluh darah, karena pembuluh darah di sekitar arteri jantungnya baik-baik saja.

Thomas Ryan dan John Fallon di New England Journal of Medicine, mengatakan, kerusakan otot jantung pada wanita itu lebih disebabkan faktor emosional daripada fisiologis.

Mengingat sebelum kejadian itu, anak dari wanita itu meninggal karena bunuh diri. Jadi, mungkinkah patah hati yang menyebabkannya serangan jantung?(Baca juga: Anda Benar-benar Bisa Mati Gara-gara Patah Hati)

Selama bertahun-tahun, para dokter mengacuhkan wacana mengenai hubungan antara psikologi dan fisiologi. Adalah para ahli biologi satwa liar dan dokter hewan yang pertama kali menyadari bahwa emosi yang ekstrim dapat mendatangkan malapetaka pada fisiologi tubuh.

Pemicunya terjadi di pertengahan abad ke-20, ketika mereka melihat ada sesuatu yang aneh terjadi ketika hewan mengalami sentakan tiba-tiba dalam situasi ketakutan antara hidup dan mati.

Hewan yang dimaksud sedang berhadapan dan tertangkap oleh hewan predator lain. Adrenalin hewan yang menjadi korban mengisi aliran darah sedemikian rupa dan mengubah darah hampir seperti racun, merusak otot-ototnya, termasuk jantung. Kondisi ini disebut "capture miopati".

Barulah di pertengahan tahun 1990, ada lebih banyak studi kasus pada manusia mengenai hal ini (masalah fisiologis akibat stres psikologis yang ekstrim). Penelitian dilakukan berdasarkan peristiwa yang terjadi di beberapa negara.

Seperti pada tahun 1995, peneliti Jeremy Kark, Silvie Goldman, dan Leon Epstein meneliti perilaku masyarakat Israel saat menghadapi Perang Teluk Persia. Saat itu 18 rudal diarahkan ke Israel dari Irak.

Peningkatan kematian diukur bukan karena cedera yang disebabkan serangan rudal, melainkan kematian yang terkait kardiovaskular yang sebagian besar terjadi di luar perawatan rumah sakit.

Para peneliti di Journal of American Medical Association mengatakan, himbauan negara untuk mengantisipasi adanya serangan kimia membuat masyarakat sungguh cemas dan ketakutan.

Penelitian juga terjadi di Los Angeles (1994), saat terjadi gempa bumi berkekuatan 6,8 skala ricther, pukul 4.31 AM. New England Journal of Medicine melaporkan, terjadi lonjakan besar kematian kardiovaskular terkait stres sentakan pagi yang diakibatkan gempa.

Peneliti Jepang menciptakan istilah untuk kondisi ini, yakni, "Takotsubocardiomyopathy ", untuk menggambarkan stress-inducedapparent heart attack (serangan jantung yang diakibatkan stres) atau kadang disebut sebagai "sindrom patah hati."

Kesedihan atau penolakan memang dapat menyakiti secara fisiologis. Dan tak diragukan lagi, hal itu juga bisa berefek pada fisik. Jadi, jangan mudah patah hati agar jauh dari serangan jantung. (Ester/tabloidnova.com)