Find Us On Social Media :

Bayi Tak Mau Disentuh, Bisa Jadi Tanda Gangguan Otak

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 8 April 2014 | 12:00 WIB

Bayi Tak Mau Disentuh, Bisa Jadi Tanda Gangguan Otak

Intisari-Online.com - Hartono Gunardi, seorang dokter spesialis anak, menyebut, anak yang enggak mau disentuh bisa saja terdapat gangguan otak pada bayi yang diakibatkan oleh minimnya nutrisi dan stimulasi yang diperoleh bayi pada 1.000 hari pertama kehidupannya.

"Seribu hari pertama, atau 270 hari di dalam kandungan dan 730 hari setelah dilahirkan merupakan window of opportunity untuk tumbuh kembang optimal. Sehingga, jika sudah melewati masa itu biasanya anak sudah sulit mengejar ketertinggalan," paparnya dalam diskusi kesehatan bertajuk "New Perspective on Toddler Nutrition" Selasa (25/2) di Jakarta.

Pemenuhan nutrisi akan membuat fungsi-fungsi di dalam tubuhnya bertumbuh secara optimal. Sementara stimulasi akan membuat otak berkembang dengan sempurna, termasuk kenyamanannya saat mendapat sentuhan.

"Jika anak, terutama masih dalam usia di bawah lima tahun tidak nyaman saat disentuh, tentu ada yang salah karena anak seharusnya senang menerima sentuhan yang merupakan wujud kasih sayang," ujar staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr Cipto Mangungkusumo (FKUI-RSCM) ini.

Hartono menegaskan, ketidaknyamanan anak saat disentuh berhubungan dengan kurang berkembangnya fungsi otak dan sel saraf. Sehingga mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk memproses rangsangan kurang berkembang sehingga sentuhan akan membuat rasa tidak nyaman.

Stimulasi yang kurang optimal misalnya menelantarkan atau tidak memberikan perhatian yang cukup padanya sejak masih dalam kandungan. Kebutuhan anak, lanjutnya, perlu dipenuhi secara lengkap dan seimbang, yaitu nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi.

Peristiwa traumatis yang pernah dialami ibu juga bisa membuat gangguan tumbuh kembang anak. Maka Hartono menyarankan supaya ibu sebisa mungkin menghindari peristiwa traumatis atau menjaga kondisi mental tetap stabil meski menghadapi peristiwa yang mengejutkan. Dengan begitu, anak senang dengan sentuhan. (Lusia Kus Anna|kompas.com)