Penulis
Intisari-Online.com - Mayoritas orang menggunakan masker untuk meminimalisasi masuknya debu ke saluran pernapasan. Bahkan, sebagian besar di antaranya percaya, masker basah lebih efektif dalam menangkal polusi.(Baca juga: Perlukah Masker Khusus untuk Menghadapi Abu Vulkanik?)
Menurut dokter spesialis paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Agus Dwi Susanto, membuat masker basah, dengan membasahinya belum dipastikan mampu meningkatkan efektivitasnya dalam menangkal debu atau polusi. Pasalnya, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikannya.
"Sering ada yang menanyakan efektivitas masker basah. Maka sampai sekarang saya masih mencari penelitiannya, tetapi memang belum ada," kata Agus dalam konferensi pers Combi Hope bertema "Edukasi Gaya Hidup Sehat Bagi Generasi Muda" di Jakarta.
Sebaliknya, Agus justru menyinggung soal risiko yang dihadapi dengan memakai masker ataupun penutup hidung dan mulut lain, misalnya sapu tangan dalam keadaan basah. Menurut dia, masker yang basah lebih mungkin untuk menjadi sarana tumbuh bakteri dan mikro-organisme lain.
"Jika dibasahi, kemungkinan masker menjadi lembap lebih besar. Padahal kondisi lembap, tidak basah atau tidak kering itu sangat disukai bakteri untuk tumbuh," terang dokter yang berpraktik di RS Persahabatan ini.(Baca juga:Pekerja di Jakarta Rawan Terserang ISPA)
Saat dipakai mikro-organisme dari masker pun lebih mudah masuk ke saluran napas. Mikro-organisme diketahui bisa menyebabkan infeksi saluran napas. Jika saluran napas atas yang terinfeksi maka akan terjadi penyakit infeksi saluran napas atas (ISPA), dan jika infeksi terjadi pada saluran napas bawah, maka kemungkinan akan terjadi bronkitis, bahkan tuberkulosis.Karena itu, risiko infeksi saluran paru dari pemakaian masker basah pun kemungkinan akan meningkat.(Unoviana Kartika/Kompas)