Find Us On Social Media :

Alex Ferguson dan Pancaran Hawa Kemenangan

By Birgitta Ajeng, Jumat, 5 Desember 2014 | 08:00 WIB

Alex Ferguson dan Pancaran Hawa Kemenangan

Intisari-Online.com - Duapuluh tujuh tahun menjadi pelatih klub sepakbola paling sukses secara bisnis, Manchester United, meraih 38 piala – Piala Dunia Antarklub, dua Liga Champions, 13 Liga Utama (Premier League), dan lima Piala FA, di luar 11 piala lain sebelum MU - menjadikan Sir Alex Ferguson pelatih paling sukses dalam sejarah sepakbola Britania Raya. Buku ini berisi kehidupan dia yang tidak jauh dari sepakbola, hubungan dan persaingan dengan sesama pelatih, pengamatannya yang cermat terhadap talenta pemain, juga psikologi dan manajemen kepelatihan pada tingkat paling tinggi. Inilah cerita tentang Alex Ferguson dan Pancaran Hawa Kemenangan.

---

Jalan sejarah yang membentang sejak gol pertama John Sivebaek pada 22 November 1986 sampai gol Javier Hernandez ke gawang tuan rumah West Bromwich Albion, 19 Mei 2013, tidak hanya berisi pelbagai pengalaman dan pelajaran. Namun juga catatan perjuangan. Itulah masa kerja saya selama menangani Manchester United, diawali dengan gol dan diakhiri dengan gol pula.

Yang terakhir bahkan lebih emosional. Ketika kami berhasil memasukkan lima gol dalam sembilan menit, 5-2, akhirnya disamakan oleh West Brom lewat hat-trick Romelu Lukaku, 5-5.

Itu pertandingan tandang. Sedangkan kesempatan memimpin pasukan terakhir kali di kandang kami, Old Trafford, terjadi seminggu sebelumnya, melawan Swansea City. Seluruh penonton seperti mengucapkan salam perpisahan.

Yang jelas, musim itu kami juara Liga Inggris. Saya mengakhiri pekerjaan dengan kebanggaan. Tahun sebelumnya, kami gagal merebut gelar pada pertandingan terakhir. Itu yang mengukuhkan niat untuk mundur – yang sebenarnya sudah saya rencanakan sejak Desember 2012.

Malam harinya di Regis Suite, tak jauh dari stadion kandang West Brom, saya didamping Cathy, istri saya, tiga putra saya, delapan orang cucu, dan dua-tiga sahabat, mengadakan perpisahan dengan para pemain. Rio Ferdinand, pemain yang kolektor arloji, memprakarsai suvenir sebuah jam tangan Rolex tahun 1941, tahun kelahiran saya, dan waktunya disetel pukul 3.03 sore sesuai jam kelahiran saya. Ya, saya kelahiran Glasgow, Skotlandia, 31 Desember 1941, pada jam itu.

Sekembali ke Manchester esok harinya, saya mendapat kiriman miniatur La Plaza de Cibeles – air mancur di tengah Kota Madrid yang selalu dijadikan ajang perayaan setiap kali Real Madrid memenangi kejuaraan – berbahan perak, disertai sepucuk kartu yang ditandatangani Florentino Perez, Presiden El Real. Ada juga bingkisan dari klub Ajax Amsterdam dan dari Edwin van der Sar. Lyn, asisten pribadi saya, segera menyiapkan kartu balasan.

Untuk membaca tulisan lebih lengkap mengenai Alex Ferguson dan Pancaran Hawa Kemenangan, silakan baca Majalah Intisari edisi Desember 2014.