Find Us On Social Media :

Menguak Skandal Istri Presiden (2)

By Birgitta Ajeng, Minggu, 21 Desember 2014 | 16:00 WIB

Menguak Skandal Istri Presiden (2)

Intisari-Online.com - Barangkali tak ada ibu negara mana pun yang menuliskan "ikut suami" pada kolom pekerjaan di kartu identitasnya. Namun bukan berarti di balik nama besar para suami mereka tidak punya peran sama sekali. Peter Hay dalam bukunya All the Presidents' Ladies membeberkan sebagian perilaku para istri presiden AS yang mendukung tugas suaminya di samping ulah beberapa istri yang ternyata malah merecoki. Inilah kisah yang menguak skandal istri presiden.

---

Sampai dengan Ny. Barbara Bush, AS sudah mengenal 43 istri presiden. Masing-masing mempunyai karakter, latar belakang, dan penampilan yang berbeda-beda. Martha Washington termasuk salah satu yang unik. Bukan hanya karena ia yang pertama. Ia ogah-ogahan memegang "tampuk pemerintahan"-nya. "Banyak wanita lain yang lebih muda dan lincah yang pasti senang menggantikan saya," katanya.

Ucapan itu memang beralasan sekali. Martha tergolong wanita amat sederhana, baik dalam hal berpakaian maupun memilih dan menata hiasan rumah tangga. Begitu sederhananya, sampai pakaian saja produksi "dalam negeri alias membuat sendiri. Bukan berarti- cuma menjahit sendiri, tapi juga menenun sendiri. Martha memang mempunyai\ pelayan untuk mengerjakan itu semua, toh untuk zamannya dan tingkat sosialnya, itu sudah cukup istimewa. "Saya cuma ibu rumah tangga kuno dan Virginia," kilahnya merendah.

Dari kaus kaki dan jok kursi

Entah sengaja entah tidak, kesederhanaan Martha cocok sekali dijadikan teladan bagi para istri pejabat pemerintahan AS waktu itu. Maklumlah, zaman revolusi, zaman susah. Jangan lagi Gedung Putih, ibu kota saja mula-mula masih bersifat sementara di Philadelphia dan New York.

Mungkin karena itu, Martha jadi kreatif. Dua gaunnya terekam dalam sejarah karena keistimewaannya. Gaun itu terbuat dari bahan katun dikombinasi dengan sutera. Istimewanya, sutera itu hasil tenunan sendiri dari benang sutera kaus kaki wanita dan jok kursi yang sudah rusak.

Setelah memerintah selama 8 tahun, tahun 1797 Washington pensiun dan menghabiskan hari tua di Mount Vernon, tak jauh dari Kota Washington. Dua tahun kemudian Washington meninggal. Untuk menjaga keutuhan rahasia pribadi mereka, Martha membakar semua surat mereka. Keduanya dimakamkan di makam sederhana di Mount Vernon.

Lebih dari setengah abad kemudian. Abraham Lincoln terpilih menjadi presiden. Ia menjadi salah satu dari beberapa gelintir presiden AS yang amat menonjol. Tapi kisah tentang istrinya pun mengasyikkan. Mary Todd Lincoln tak cuma ambisius. la penuh semangat dan impulsif. Wanita dengan tinggi 155 cm ini lahir pada tahun 1818. Orang tuanya termasuk pionir di Kentucky, daerah AS Selatan. Tidak seperti Martha Washington, ia anak kota, cukup berpendidikan dan senang hura-hura.

Sejak masih gadis Mary sudah yakin bahwa ia akan menikah dengan presiden. Uniknya, itu dinyatakannya berulang-ulang tanpa sungkan di depan orang lain. Kakak perempuannya sendiri mengatakan, "Dia suka kekuasaan, gemerlap, dan yang serba 'wah'."

Gara-gara bertengkar hebat dengan ayahnya, waktu berumur 21 tahun, Mary'pindah tinggal dengan kakak perempuannya, Elizabeth, di Springfield, Illinois. Waktu itu Springfield masih desa kecil kotor di tengah padang rumput. Penduduknya Cuma 1.500 orang. Penerangan umum belum ada, juga trotoar, apalagi gorong-gorong. Anjing dan babi berkeliaran di jalanan. Kalau angin bertiup, busuknya bau kotoran yang teronggok di jalanan tersebar ke mana-mana.

Tapi di desa kumuh ini tinggal dua orang pemuda yang 21 tahun kemudian bakal menjadi calon presiden AS. Stephen A. Douglas, calon dari Partai Demokrat, dan Abraham Lincoln dari Partai Republik.