Find Us On Social Media :

Menguak Skandal Istri Presiden (3)

By Birgitta Ajeng, Minggu, 21 Desember 2014 | 18:00 WIB

Menguak Skandal Istri Presiden (3)

Intisari-Online.com - Barangkali tak ada ibu negara mana pun yang menuliskan "ikut suami" pada kolom pekerjaan di kartu identitasnya. Namun bukan berarti di balik nama besar para suami mereka tidak punya peran sama sekali. Peter Hay dalam bukunya All the Presidents' Ladies membeberkan sebagian perilaku para istri presiden AS yang mendukung tugas suaminya di samping ulah beberapa istri yang ternyata malah merecoki. Inilah kisah yang menguak skandal istri presiden.

---

Pertama-tama, masa pemerintahan Lincoln diwarnai dengan Perang Saudara antara Utara dan Selatan. Sudah tentu Mary yang asli Selatan jadi serba salah. Rakyat Selatan dari pihak Konfederasi mengatakan ia pengkhianat, rakyat Utara (Union) sering curiga juga. Sifat pemborosnya juga membawa masalah.

Kalau melihat rekor belanjanya, Mary boleh disebut Ny. Imelda Marcos abad ke-19. Ia senang memborong, tapi sedikit yang dipakai. Bahkan pernah ia memborong 300 pasang sarung tangan dalam waktu. 4 bulan. Ia juga gemar membeli syal dan gaun malam. Hasilnya adalalr utang sebesar AS $ 27.000. Banyak yang sakit hati, mengingat gaji karyawan waktu itu AS $ 10 per minggu.

Tahun 1865 Lincoln tewas ditembak. Mary begitu shock sampai jatuh sakit. Kondisinya diceritakan dalam surat Anson G. Henry kepada istrinya pada tanggal 19 April 1865.

"„. Ia berbaring di tempat tidur ... begitu saya mengharripiri, serta merta ia meraih dan memeluk saya lalu menangis sejadi-jadinya. ... Menurut Ny. Lincoln, suaminya sudah bertahun-tahun tidak segembira itu. Ketika sedang makan malam, suaminya mengeluh letih bekerja seharian dan ingin santai menonton teater. Ny. Lincoln mengingatkan ia ‘kan sedang sakit kepala, tapi Lincoln bersikeras. Ny. Lincoln akhirnya ikut pergi juga karena entah kenapa saat itu ia sangat ingin bersama-sama suaminya.

Mereka duduk berdekatan dan Ny. Lincoln sedang bersandar pada suaminya ketika suaminya ditembak. Waktu itu ia baru saja bertanya, 'Apa pikir Ny. Harris melihat saya begini tergantung padamu?' Lincoln menjawab sambil tersenyum, 'Berpikir tentang itu saja ia tidak.'"

Mary membuat kegegeran pada tahun 1867, ketika ia mengobral pakaian-pakaiannya semasa di Gedung Putih. Yang membuat orang heran, kecuali beberapa syal renda, syal bulu unta, dan beberapa cincin berlian, tak satu pun pakaiannya yang layak pakai, apalagi dijual. Gaun-gaunnya sudah kuno dan kusut. Harganya pun audzubillah!

Orang berkesimpulan, pameran ini dimaksudkan supaya Kongres jatuh kasihan dan menyediakan dana tunjangan besar bagi janda presiden yang malang itu. Tapi orang Partai Republik yang telah mengumpulkan AS $ 100.000 bagi Ny. Lincoln marah besar. Malah ada seorang anggota Partai Republik yang menyerang Ny. Lincoln habis-habisan karena tindakan memalukan itu. Tapi yang membela pun ada. Tak kurang dari koran Inggris London Telegraph ikut-ikutan buka suara membela Ny. Lincoln.

Mary tak pernah bangkit lagi dari kesedihannya, lebih-lebih setelah putra kesayangannya, Tad, meninggal pada tahun 1871. Kesehatan mentalnya terus merosot. Ia selalu takut dibunuh. Akhirnya Robert T. Lincoln, mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk menyatakan bahwa kesehatan jiwa ibunya terganggu. Itu dilakukannya pada bulan Mei 1875.

Begitu dinyatakan sakit jiwa, Mary mencoba bunuh diri. Ia dirawat oleh dokter pribadi. Satu tahun kemudian, setelah dinyatakan sehat, ia berkelana di Eropa selama lima tahun. Akhirnya tahun 1882 Mary meninggal di rumah kakaknya, di Springfield.

Tulisan ini ditulis di Majalah Intisari edisi 1992 dengan judul asli Menguak Skandal Istri Presiden.

-selesai-