Find Us On Social Media :

Benarkah Bola Api Bukan Takhayul?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 27 Januari 2015 | 19:45 WIB

Benarkah Bola Api Bukan Takhayul?

Intisari-Online.com – Kontroversi tentang bola cahaya sudah muncul sejak abad ke-19. Tahun 1890 sejumlah bola bercahaya muncul dalam tornado, angin ribut yang - berputar dengan kekuatan besar. Bola cahaya itu lantas menjadi pokok pembahasan Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis yang termasyhur dan bergengsi itu. Bola api itu kalau bukan takhayul, tapi apa dong?

Menurut laporan, ada bola cahaya yang masuk ke rumah lewat cerobong asap dan keluar dengan membuat lubang-lubang bulat di jendela. Perdebatan sengit pun berlangsung. Ada anggota Akademi yang menyatakan bahwa orang-orang yang melihat bola api itu mestinya menderita ilusi. Sebagian besar menyimpulkan, hasil pengamatan petani-petani yang tidak berpendidikan tidak bernilai.

Lalu mantan Kaisar Brazil, Dom Pedro II d'Alcantara yang merupakan anggota Akademi itu buka suara. la melihat sendiri bola api itu. Pernyataannya membuat sidang terdiam. Walaupun demikian,sampai sekarang laporan tentang bola api masih sering dicurigai sebagai takhayul.

Seorang ahli kimia Rusia, M.T. Dmitriev, membuat laporan rinci mengenai pengalamannya tahun 1967. Ketika itu ia sedang berkemah di tepi Sungai Onega di Rusia Barat. Tiba-tiba kilat menyambar. Lalu muncullah sebuah bola api yang mengambang kira-kira 30 cm di atas permukaan air. Bentuknya bukan bundar tapi agak lonjong. Benda itu gemeretak dan berdesir ketika terbang di atas kepalanya lalu pindah ke tepi sungai. Benda itu mengambang diam di udara selama kira-kira 30 detik.

Ketika melewati gerombolan pepohonan ia meninggalkan asap kebiru-biruan yang baunya sangit. Benda itu kemudian melompat-lompat seperti bola biliar dari satu pohon ke pohon lain sambil menyemburkan bunga api. Semenit kemudian ia hilang.

Dari laporannya ini dan laporan-laporan lain, diketahui bahwa bola cahaya biasanya tidak bundar benar, tetapi lonjong atau bentuknya seperti buah jambu klutuk. Tepi-tepinya tidak bergaris tegas, tetapi agak kabur. Ada yang ukurannya sekelereng, ada yang garis tengahnya kira-kira semeter.

Cahayanya secemerlang bola lampu pijar. Warnanya macam-macam, tetapi sering merah, jingga, atau kuning. Ada yang tampak cuma sedetik, ada yang sampai semenit. Bola api itu ada yang menghilang tanpa bunyi, ada yang disertai ledakan.

Dianggap ilusi optik

Pernah ada bola api yang menyebabkan kerusakan materi seperti yang dilaporkan oleh koresponden Daily Mail pada 1936. Katanya, saat terjadi angin topan, ia melihat bola merah yang sepertinya panas. Ukurannya sebesar jeruk. Bola itu datang dari angkasa, menghajar rumah, memutuskan kabel telepon, membakar kusen jendela, dan mencebur ke sebuah wadah air di bawah jendela. Air itu bergolak-golak beberapa menit. Ketika sudah cukup dingin untuk diperiksa, ternyata di dalamnya tidak ditemukan apa-apa.

Pernah pula ada laporan sebuah bola cahaya berwarna merah bergaris tengah kira-kira 60 cm  menggelinding membentuk parit sepanjang 91 m dan sedalam 1 m di tanah lembek dekat sebuah sungai kecil, lalu membentuk parit lagi sepanjang 23 m di dasar sungai itu.

Untuk bisa melakukannya diperlukan tenaga yang kuat. Namun tidak didapati pengaruh nuklir. Walaupun survai terhadap 4.000 karyawan NASA menunjukkan bahwa bola cahaya tidak asing bagi mereka, banyak ilmuwan tetap masih menyangkal keberadaannya.

Menurut ilmuwan Kanada, Edward Argyll, bola cahaya cuma ilusi optik. Katanya, kalau petir menyambar tanah, terciptalah cahaya cemerlang. Orang-orang yang melihat cahaya benderang itu matanya masih seakan-akan melihatnya selama 2-10 detik kemudian (after image) dan menganggap benda yang tidak ada itu sebagai bola cahaya. Katanya, hal ini cocok dengan laporan yang menyatakan bahwa bola cahaya tampak antara 2-10 detik.