Find Us On Social Media :

Misteri Hipnosis: Dipindahkan ke Orang Lain Lewat Sentuhan

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 4 Februari 2015 | 18:15 WIB

Misteri Hipnosis: Dipindahkan ke Orang Lain Lewat Sentuhan

Intisari-Online.com – Adalah Franz Anton Mesmer, dokter asal Austria (1734 - 1815) yang mendalami fenomena ini. Ia  meyakini, dirinya mengandung sejenis cairan, magnetisme hewani, yang bisa dipindahkan ke orang lain lewat sentuhan. Mesmer pun kemudian membuat "bak mandi magnetik" yang dinamai baquet dan mengisinya dengan zat-zat yang sudah dibuat magnetik. Dengan alat itu dan batang-batang besi Mesmer melakukan terapi pasien-pasiennya.

Hasilnya luar biasa. Pasiennya tak cuma sembuh. Namun, ada yang pingsan, tertawa, kejang-kejang, atau menangis tak terkendali. Selain itu ada pula yang lalu menampilkan kemampuan paranormal: melihat organ dalam tubuh sendiri yang sakit, organ orang lain, bahkan yang jauhnya kiloan meter.

Salah seorang murid Mesmer dapat membuat orang tertidur namun tetap dapat diajak bicara. Itulah fenomena yang semula dikenal dengan somnambulism, atau Mesmeric sleep, kemudian secara luas dikenal sebagai hipnosis. Namun, Mesmer sendiri divonis sebagai terkun (dokter merangkap dukun) oleh kalangan medik di zamannya.

Pengikut aliran Mesmer kemudian berusaha keras melakukan penggalian lebih lanjut ihwal penemuan Mesmer. Menjelang tahun 1840 mereka telah menemukan pelbagai fenomena hipnosis yang utama: gerakan yang dilakukan secara otomatis, gerakan yang terhenti di tengah proses bergerak, halusinasi, dan berbagai tingkat kepekaan orang terhadap pengaruh hipnosis.

Hipnosis kemudian mengalami evolusi, saat James Braid (1843), ahli bedah asal Skotlandia menyimpulkan, hipnosis merupakan hasil catatan yang terekam pada sistem saraf terhadap pengaruh dari si penghipnosis Braid kemudian membakukan teknik hipnosis dengan menggunakan sugesti verbal untuk maksud penyembuhan. Ia adalah orang pertama yang menyebut hal itu sebagai hipnosis, dari kata hypnos, nama Dewa Tidur Yunani.

Sejak itu hipnosis banyak dipraktikkan dalam pelbagai jenis terapi. Walaupun demikian, efektifitasnya terus diperdebatkan. Tak kurang dari pakar ahli jiwa kenamaan Sigmund Freud turut juga tertarik menerapkan terapi hipnosis untuk kelainan neurotik yang ditanganinya.

Anak-anak lebih mudah

Banyak yang percaya-subjek hipnosis yang paling baik adalah orang yang emosional, tetapi stabil, sehingga kira-kira hanya setengah populasi orang dewasa yang bisa dihipnosis. Kesesuaian antara orang yang dihipnosis dan yang menghipnosis sangat mempengaruhi bisa-tidaknya orang masuk dalam kondisi trance.

Penelitian lain membuktikan, anak-anak usia sekitar 10 tahun paling gampang dihipnosis. Sedangkan orang dewasa pria dan wanita sama sulitnya. Yang pasti, tak seorang pun bisa dihipnosis kalau tidak mau.

Guna mengidentifikasi orang yang gampang dihipnosis atau tidak, setiap semester kelompok peneliti dari Universitas Konstanz, Jerman, mengambil contoh 120 mahasiswa. Caranya dengan menggunakan armlevitation test. Mereka yang sedang dalam kondisi trance, tangannya terangkat seperti balon yang terbang ke udara. Sesuatu yang sering juga terjadi bila kita lelap dalam khayal. Peneliti lain menggunakan metode eye roll test. Subjek membalikkan bola matanya dengan perlahan-lahan lalu menutup kelopak matanya. Pada orang yang gampang dihipnosis, bagian pupil yang menghilang lebih banyak.

Tetapi bagaimana sebenarnya proses masuknya pengaruh hipnosis ke dalam tubuh seseorang? Biasanya penghipnosis menyarankan orang itu untuk santai dan menyingkirkan pikiran-pikiran lain. Paling penting adalah orang yang dihipnosis harus percaya dan mau diajak kerja sama oleh penghipnosis. Subjek kemudian diharuskan berkonsentrasi pada satu objek. Saraf mata menjadi lelah, yang akan memunculkan bayangan atau lingkaran yang tak lazim dalam pandangannya. Hal ini membuka jalan bagi penghipnosis untuk mulai mempengaruhi subjek  hingga merasa mengantuk. Tetapi bukan tidur pasif, lantaran subjek masih bisa mendengar bila diperintah. Sesudah itu penghipnosis mulai menguji seberapa besar pengaruhnya sudah tertanam dengan perintah sederhana.

Dia mungkin akan meminta subjek mengangkat lengan pada hitungan kelima. Jika hal ini bisa dilakukan, subjek akan merasakan gerak tubuhnya terasa berbeda, misalnya tangan makin berat, atau serasa bergerak sendiri. Dalam keadaan seperti ini  subjek telah masuk ke tingkat kesadaran alternatif. Sadar, tapi dapat dipengaruhi. Kendati begitu, pada titik mana hal itu terjadi sulit ditentukan.