Penulis
Intisari-Online.com – Di sini penghipnosis mencoba lagi dengan serangkaian tes yang lebih tinggi, untuk mengetahui sampai di mana batas tingkat kesadarannya. Bagi setiap individu batas kesadaran ini berbeda-beda. Bisa saja subjek tidak merasa sakit bila ditusuk jarum. Atau mungkin bisa mengimajinasikan menulis huruf dalam sebuah papan. Subjek bisa saja tak ingat apa-apa selama proses hipnosis. Yang jelas sedikit sekali orang yang dapat masuk kondisi terhipnotis level terdalam. Dalam dunia kedokteran, hipnosis bisa digunakan sebagai alternatif pengganti anestesi.
--
Subjek yang dihipnosis biasanya kehilangan persepsi tubuh dan waktu. Dia mengira dihipnosis selama 10 menit padahal 1,5 jam. Selama itu orang mengalami perubahan fisiologis. Napas dan denyut jantungnya jadi teratur, produksi hormon menurun, dan daya tahan tubuh meningkat. Menurut penelitian lainnya dari Universitas Kostanz, meningkatnya daya tahan tubuh ini karena selama dalam kondisi trance, lebih banyak darah putih yang diikat.
Ada dua teori tentang hipnosis. Yang pertama percaya bahwa subjek yang dihipnosis mencapai keadaan tidur dan tidak sadar. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai penghipnosis menghentikan pengaruhnya. Sementara pendapat lain menyatakan, hipnosis hanyalah semacam kerja sama sugesti; atau cara untuk mempengaruhi seseorang.
Sesuatu yang digunakan oleh dokter untuk menyembuhkan gejala psikosomatik, atau sugesti yang diberikan sang sutradara kepada pemeran utama agar ia bisa menghayati peran yang dimainkan.
Untuk mendukung teori yang kedua ini mereka mengemukakan fakta bahwa orang yang dihipnosis tidak bisa dipengaruhi untuk melakukan tindakan berbahaya. Bukti EEG (pola gelombang otak) menunjukkan orang yang dihipnosis tidak dalam keadaan tidur.
Dengan bahasanya sendiri, dr. Tb. Erwin Kusuma, psikiater di salah satu rumah sakit di Jakarta yang mendalami hipnosis menjelaskan dalam kasus hipnosis, si penghipnosis mengeluarkan materi badan halus (bioelektromagnetik)-nya untuk mempengaruhi badan halus subjek yang dihipnosis. Dalam pandangannya manusia mempunyai dua sisi, jasmani dan rohani (batin). Sisi jasmani bisa dipecah lagi jadi dua bagian, yakni jasmani kasar (badan fisik) dan jasmani halus (badan halus atau aura). Proses badan halus memerintahkan badan kasar untuk melakukan sesuatu itu disebut dengan hiphosis.
"Itulah yang terjadi pada banyak kasus penipuan. Si penipu menggerakkan badan kasar korban dengan memerintahkan tangan korban mengambil uang atau perhiasan, untuk diserahkan. Proses semacam ini disebut magnetisme," papar Erwin.
Apa pun teori orang tentang hipnosis, fenomena hipnosis terus menantang para peneliti menyelidiki lebih jauh. Sejauh ini hipnosis telah digunakan untuk membantu menimbulkan efek antisakit, menghambat proses penuaan, dan penyelidikan kriminal. Peran anestesi dalam operasi di beberapa tempat banyak yang dicoba diganti dengan hipnosis. Akan tetapi pengukuran fisiologi, misalnya denyut jantung, menunjukkan pasien yang dioperasi di bawah pengaruh hipnosis tetap merasakan sakit dan kecemasan. Dalam kasus lain mereka yang menjalani operasi tanpa hipnosis dan anestesi akan merasa sakit lebih lama.
Dalam percobaan regresi umur (kembali muda), subjek menunjukkan hidup di masa kanak-kanak, dan bisa mengingat hal-hal yang telah lama dilupakan. Cuma detail penceritaannya kadang tidaklah selengkap kalau dia dalam keadaan sadar. Hipnosis juga dipakai untuk menemukan bukti legal dalam kasus hukum. Saksi-saksi yang tidak bisa diajak bekerja sama mungkin bisa dikorek dengan hipnosis.
Tulisan ini pernah dimuat di Intisari edisi Oktober 1998 dalam Rubrik Maya, dengan judul "Hipnosis Bukan Sulap Bukan Sihir".