Penulis
Intisari-Online.com -Siapa sangka ternyata standar tempe Indonesia diadopsi dunia. Beberapa negara Asia, menurut Bambang Prasetyo, Kepala Banda Standardisasi Nasional (BSN), menjadikan cara pembuatan tempe di Indonesia sebagai rujukan utama pembuatan tempe di negara-negara tersebut. BSN kabarnya bakal mensosialisasikan kabar gembira ini kepada para perajin tempe di Indonesia.
Standara internasional tempe sendiri meliputi standar mutu kandungan zatnya, cara pengujian laboratoriumnya, pengambilan sampelnya, dan standar proses dengan tingkat higienis memadai. “Standar tempe Indonesia yaitu SNI 3144 yang diterbitkan pada 2009,” tambah Deputi Bidang Penelitian dan Kerja Sama Standardisasi BSN, Kukuh S Achmad.
Meski demikian, tetap dibutuhkan peninjauan ulang SNI tersebut demi penyempurnaan. Caranya, BSN akan membina usaha kecil-menengah atau perajin tempe terutama tengan proses higienis yang sesuai standar SNI tempe. Misalnya, dengan menggunakan wadah terbuat dari baja tahan karat untuk mencegah kontaminasi.
Standardisasi ini sejatinya untuk kebaikan UKM sendiri alih-alih membatasi. Dengan adanya standardisasi ini, fermentasi tempe bisa berlangsung lebih cepat dan murah karena Indonesia beriklim tropis. Jika kedelai difermentasikan dengan kapang Rhizopus spi (anggota “kerajaan” jamur) jadi tempe, asam amino dalam kedelai lebih mudah dicerna.
Menurut Bambang, kapang lebih mudah dikembangbiakkan. Di masa depan, kapang akan berstandar, diperjualbelikan, dan diekspor ke luar negeri.
Standar tempe Indonesia sudah diadopsi dunia, khususnya Asia. Namun tidak menutup kemungkinan, pemasaran tempe bisa berkembang hingga ke Eropa dan Amerika Serikat, tentunya dengan beragam olahan. (KOMPAS)