Find Us On Social Media :

China Pertama, Indonesia Nomor Dua Negara Pencemar Sampah Plastik Terbanyak ke Lautan

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 15 Februari 2015 | 16:00 WIB

China Pertama, Indonesia Nomor Dua Negara Pencemar Sampah Plastik Terbanyak ke Lautan

Intisari-Online.com - Sebuah studi terbaru menyebutkan, setiap tahun sekitar 8,8 juta ton plastik berakhir di laut-laut di seluruh dunia, jumlah yang jauh lebih besar dari estimasi-estimasi sebelumnya. Adapun negara-negara penyumbang sampah terbesar kebanyakan dari Asia. Jika China yang pertama, maka Indonesia nomor dua negara pencemar sampah plastik terbanyak ke lautan.

Jumlah sampah yang mencemari lautan itu setara dengan lima kantong belanja penuh dengan sampah plastik menutupi setiap 30 sentimeter garis pantai di seluruh dunia, menurut kepala penelitian Jenna Jambeck, seorang profesor teknik lingkungan di University of Georgia. Jika tidak ada penanganan yang berarti, diperkitarakan pada 2025 akumulasi sampah plastik di lautan akan mencapai sekitar 170 juta ton. 

Hal tersebut berdasarkan tren populasi dan berlanjutnya masalah pengelolaan sampah, meski ada beberapa tanda awal perubahan, ujarnya.

Seperti yang sudah disinggung di atas, lebih dari setengah sampah plastik yang mengalir ke laut datang dari lima negara yaitu, secara berturut-turut dari yang paling tinggi, China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri Lanka, diikuti Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria, dan Banglades.

Sementara itu, negara industri barat yang ada di 20 penyumbang sampah plastik terbesar adalah Amerika Serikat pada peringkat 20. AS dan Eropa tidak membuat kesalahan dalam mengelola sampah kolektifnya, jadi sampah plastik yang datang dari negara-negara itu adalah karena pembuangan sampah sembarangan, ujar para peneliti.

Untk lebih detailnya, China bertanggung jawab atas 2,4 juta ton plastik yang sampai di lautan, atau hampir 28 persen dari jumlah total, AS berkontribusi hanya 77.000 ton, atau kurang dari 1 persen, menurut penelitian yang dipublikasikan Kamis (12/2) di jurnal Science. Hal itu karena negara-negara maju memiliki sistem untuk menjerat dan mengumpulkan sampah plastik, ujar Jambeck.

Nancy Wallace, yang mengepalai program sampah kelautan di Badan Nasional Kelautan dan Atmosferik, mengatakan sampah plastik di perairan adalah isu penting di dunia karena sampah itu dimakan makhluk-makhluk laut dan juga mengumpulkan racun di laut. Selain itu ada biaya pembersihan dan mempengaruhi pariwisata, ujarnya. Jambeck menggunakan statistik Bank Dunia mengenai aliran sampah 192 negara untuk melacak dan memperkirakan polusi plastik dari sumbernya. Estimasi-estimasi Jambeck adalah untuk 2010 dan berkisar antara 5 dan 14 juta ton plastik, dengan 8,8 juta ton dalam perkiraan skenario rata-rata. Estimasi sebelumnya adalah kurang dari 1 juta ton namun itu berdasarkan sampel. Para ilmuwan mengetahui banyak yang dapat tersembunyi di dasar laut dan di tempat-tempat yang tidak dicapai para peneliti.