Find Us On Social Media :

Osiris Aristy, Dianggap Teroris Gara-gara Emoji Pistol

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 17 Februari 2015 | 08:00 WIB

Osiris Aristy, Dianggap Teroris Gara-gara Emoji Pistol

Intisari-Online.com - Malang benar nasib Osiris Aristy, remaja 17 tahun asal New York. Pada pertengahan Januari lalu, ia dianggap teroris gara-gara emoji pistol di akun Facebook-nya. Dalam sebuah postingan Aristy menulis, “Nigga mengejar saya, dia akan kehabisan nafas,” yang diakhiri dengan emoji “polisi” dan emoji “pistol”. Sejam kemudian, Aristy menulis kalimat yang sama dengan gambar emoji yang juga sama.

Seperti dilansir Wired, tiga hari setelah postingan tersebut, tepatnya 18 Januari, Aristy ditangkap kepolisian New York di rumahnya di Brooklyn. Ia dianggap melakun ancaman terorisme dan melawan kepolisian.

Kita tahu, banyak sekali kesalahpahaman yang muncul di media sosial lantaran salah menggunakan emoji. Padahal, sedari awal emoji diciptakan untuk menyalurkan emosi yang tak terlihat agar tak terjadi kesalahpahaman. Lewat emoji, ekspresi marah, senang, malas, bosan, dan lainnya, dapat tersalurkan.

Ada kalanya, seseorang menggunakan emoji tertentu dengan konteks gojek tapi ditanggapi dengan serius. “Emoji tak lain dari bahasa atau istilah slang yang membutuhkan interpretasi pada beberapa situasi, dan di situasi lain dapat diartikan secara harafiah,” ujar Greg Hurley, analis dari Pusat Informasi Pengadilan Negeri New York.

“Isolasi pemaknaan emoji justru akan membingungkan. Dalam konteks tertentu, intensi seseorang menggunakan emoji tertentu dapat diidentifikasi dengan baik melalui proses memahami,” tambah Susan Herring, Profesor Ilmu Informasi dan Bahasa dari Universitas Indiana, Bloomington.

Susan jua menambahkan, manusia pada dasarnya dapat memahami kompleksitas bahasa yang memiliki beragam konteks penggunaan. Namun tetap saja, sulit mengemukakan pemahaman konteks tertentu jika pakemnya adalah payung hukum yang bersifat umum dan ketat.

Setelah melalukan berbagai proses, awal Februari ini akhirnya tuntutan pidana Osiris Aristy, pemuda yang dianggap teroris gara-gara emoji, telah dicabut. Kejadian ini, bagaimanapun bisa dijadikan pembelajaran atas penggunaan media sosial yang kadang mulitafsir.