Penulis
Intisari-Online.com – Meski sudah dilakukan selama bertahun-tahun, tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui ciri khas tradisi perayaan Imlek yang dirayakan orang Tionghoa tersebut. Untuk itu, bersama Pakar Kuliner Tionghoa dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Chen Bromokusumo, mari kita lihat tradisi yang dilakukan orang Tionghoa saat tahun baru Imlek.
Kata "Imlek"sendiri bukanlah nama dari perayaan tahun baru Tiongkok yang sebenarnya. Kata ini diambil dari Bahasa Hokien dan hanya diketahui dan digunakan oleh orang Indonesia. Di luar, perayaan ini lebih dikenal dengan nama Chinese New Year untuk orang-orang barat, sedangkan orang Tiongkok menamainya "Guo Nian" atau "Xin Jia" yang berarti lewati bulan atau bulan baru. Apa saja tradisi perayaannya?
Makan Bersama Keluarga
Makan malam bersama saat perayaan tahun baru Imlek adalah hal yang penting. Hal ini biasa dilakukan malam sebelum tahun baru dan bisa juga pada malam tahun baru.
“Anggota keluarga bisa menumpuh jarak jauh hanya untuk makan malam bersama anggota keluarga lainnya,” kata Aji Chen.
Biasanya mereka akan makan bersama di sebuah meja bundar dengan piringan berputar di tengahnya. Anggota keluarga tertua seperti kakek dan nenek akan dipersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu.
Setiap makanan yang disajikan saat perayaan tahun baru ini memiliki makna masing-masing dan biasanya adalah hal-hal yang membawa hoki, kemakmuran, dan kesuksesan. Contohnya, saat Imlek orang Tiongkok akan menghindari makan bubur karena melambangkan kesusahan dan kemelaratan. Sebaliknya mereka akan makan telur pitan yang melambangkan panjang ummur.
Angka 5,8, dan 9.
Ciri khas tradisi perayaan Imlek yang dirayakan orang Tionghoa terkait dengan kepercayaan mereka bahwa setiap angka memiliki arti tersendiri dan bisa membawa keuntungan, jadi pada waktu Imlek mereka akan menghindari penggunaan angka-angka kurang bagus seperti angka 4.
Angka "5" dipercaya bagus karena dianggap sebagai angka yang memasukkan semua elemen-elemen penting seperti, emas, kayu, tanah, air, dan api. Sedangkan angka "8" merupakan salah satu angka favorit karena melambangkan tiada habisnya, seperti kemakmuran yang tidak akan habis. Begitu juga dengan angka "9" karena dianggap sebagai angka tertinggi.
“Kita juga akan menghindari menggunakan angka '3' seperti hanya menyiapkan tiga macam makanan di rumah karena takut dianggap pelit. Jadi bisa dibillang lima adalah minimalnya," tutur Aji Chen.
Warna Merah dan Amplop Merah.
Ciri khas tradisi perayaan Imlek yang dirayakan orang Tionghoa adalah banyak hal yang berwarna merah seperti lentera merah, cheongsam (baju tradisional) berwarna merah, dan angpao merah. Aji Chen mengatakan bahwa warna merah adalah warna favorit orang Tionghoa karena dianggap membawa kebahagiaan, kemakmuran, dan hal-hal positif lainnya.
Amplop merah yang disebut angpao berasal dari kata "Hong Pao" yang artinya kantung merah. Hal ini merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh orang Tionghoa. Hanya anak-anak dan seseorang yang belum menikah yang boleh menerima angpao. Sebaliknya yang sudah menikah harus memberikan angpao pada saudara-saudaranya yang belum.
Tradisi Yu Shang
Tradisi makan Yu Shang adalah tradisi yang baru-baru ini menjadi tren di masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa. Tradisi ini dibawa langsung dari Tiongkok dan mempunyai cara khusus untuk sebelum menyantapnya.
Biasanya di satu meja hanya ada satu piring Yu Shang. Di piring tersebut ada beberapa makanan dingin seperti irisan ikan salmon, wortel, dan salad lain. Lalu diberikan saus wijen, buah plum, dan sebagainya. Para anggota yang duduk di meja akan mengaduk makanan tersebut bersama dan mengangkatnya dengan sumpit setinggi-tingginya sambil mengucapkan "Lao Qi" atau "Lao Hei".
“Semakin tinggi kamu angkat maka hoki kamu semakin bagus,” jawab Aji Chen. (kompas.com)