Find Us On Social Media :

Misteri Pikiran Bawah Sadar: Keinginan Kita yang Masuk ke Dalam Pikiran Bawah Sadar

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 Maret 2015 | 15:00 WIB

Misteri Pikiran Bawah Sadar: Keinginan Kita yang Masuk ke Dalam Pikiran Bawah Sadar

Intisari-Online.com – Kali ini kita akan bicara tentang pikiran bawah sadar sebagaimana dilihat oleh Dr. Sigmund Freud, pioner ilmu psikoanalisis. la menyodori kita konsep represi yang bertanggung jawab terhadap pikiran bawah sadar. Dalam diri kita terdapat banyak keinginan, tapi tidak semuanya dapat dipenuhi ketika kita dalam keadaan terjaga. Keinginan itu masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan tersimpan di sana. Kebanyakan keinginan yang masuk ke sana itu bersifat antisosial karena masyarakat kita tidak menoleransi ekspresi yang telanjang atau apa adanya.

--

Freud menganalogikan pikiran kita dengan rumah dua lantai. Penghuni lantai satu adalah orang-orang terhormat. Sedangkan penghuni lantai dasar adalah mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan standar etika dan peradaban. Pikiran sadar kita mewakili orang beradab yang tinggal di lantai satu, sementara pikiran bawah sadar kita mirip orang-orang yang tinggal di lantai dasar. Dengan kata lain, pikiran sadar selalu disesuaikan dan berfungsi secara harmonis dengan kode etik yang dibangun oleh masyarakat. Sebaliknya, pikiran bawah sadar berisi segala keinginan yang tak terpenuhi karena adanya rambu-rambu hukum sosial, kebiasaan, ataupun adat istiadat.

Menurut Freud, keinginan yang tertindas umumnya berkaitan dengan seks dalam arti luas - segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan kasih sayang dan cinta, termasuk aktivitas mengisap jempol pada anak-anak. Keinginan yang ditekan bersifat seksual dan merupakan motif paling kuat yang bekerja semasa kita tidur dan mimpi.

Kadang bisa terjadi, keinginan yang terpendam tidak mendapat kesempatan untuk muncul ke permukaan dan tetap tersimpan dalam pikiran bawah sadar selama bertahun-tahun. Individu yang sadar dan rasional tidak akan memuaskan keinginannya karena adanya rambu-rambu hukum sosial. Tapi keinginan itu tetap ada dan berdiam dalam pikiran bawah sadarnya.

Umumnya, orang mewujudkan keinginan dan memuaskannya dengan cara yang sesuai dengan norma masyarakat. Namun, dalam lingkungan sosial yang tidak memungkinkan, keinginan yang tertindas itu melahirkan konflik mental yang mengakibatkan seseorang mengalami ketegangan. Konflik itu  melahirkan sejumlah kesulitan mental seperti kegelisahan, kecemasan, dan maniak (kegilaan), sampai ke bentuk-bentuk psikosis dan neurosis yang serius. Penyakit mental itu harus diatasi dengan bantuan psikiater dengan cara mendiagnosis persoalan yang kita hadapi. Menurut Freud, persoalan masa kini dapat ditelusuri kembali dari periode awal, dan dalam banyak kasus persoalan masa kini berakar pada masa kanak-kanak. Jika mempelajari masa kanak-kanak seseorang, kita akan mendapati banyak keinginan yang tak terpuaskan karena adanya rambu-rambu hukum sosial dan sangsi moral.

Untuk memahami akar persoalan mental masa kini, Freud menyodorkan teknik "asosiasi bebas" guna memahami pasien secara tepat. Syaratnya, pasien diberi kebebasan penuh untuk mengungkapkan apa saja yang ada di benaknya. Selalu ada kecenderungan untuk menekan keinginan, perasaan, dan emosi. Tapi dengan menanganinya secara hati-hati resistensi bisa dikendalikan. Jika berhadapan dengan psikiater, pasien akan membeberkan hampir semua yang tersembunyi dalam dirinya sehingga diagnosis akan menjadi lebih mudah.

Jadi, pikiran bawah sadar merupakan bagian dari pikiran manusia yang sangat misterius. Gagasan, pikiran, perasaan, serta emosi yang ada di dalamnya mengendalikan perilaku kita. Pikiran bawah sadar sangat membantu kita dan menjadi pangkal dari banyak temuan di bidang ilmu, matematika, dan filsafat. Pikiran bawah sadar juga dipelajari sebagai tempat menyimpan keinginan yang tertindas dan hasrat yang tak terpenuhi, yang merupakan bidang pokok dalam studi psikoanalisis. Secara bertahap misteri yang tak dapat diduga dari pikiran bawah sadar itu makin lama akan makin terkuak

--