Penulis
Intisari-Online.com -Selain mampu melacak penjahat via telepati dan "ilmu bingung", para "orang pintar" itu mengaku dapat mencegah agar seseorang tidak terkena malapetaka. Katakanlah sekadar supaya tidak kecopetan di dalam bus kota. Dengan cara-cara tertentu Aman yang konon telah berpraktik sebagai paranormal sejak tahun 1951, dapat menangkal sial atau hari apes (naas) seseorang.Demi keselamatan seseorang pun tak jarang R. Aman Argo Soeseno dari Madiun, Jawa Timur—yang sering memberikan konsultasi lewat telepon dengan berbagai orang dari berbagai daerah di dalam maupun luar negeri—memberikan pendamping, misalnya berupa keris bertuah, yang bisa memberikan isyarat apakah seseorang boleh melakukan kegiatan tertentu atau tidak. Ada resep sederhana dari Pak Aman untuk mengatasi hari naas itu, "Sebelum keluar rumah, injaklah bumi tiga kali sambil mengucapkan 'Niat saya mau pergi.'"Sedangkan menurut Bu Iin dari Bekasi, Jawa Barat, selain berdoa bisa pula ditempuh cara-cara supranatural untuk mencegah terjadinya kejahatan terhadap diri kita. Misalnya, agar aman dari tangan jahil, rumah perlu diberi "pagar", berupa penangkal yang ditanam di halaman rumah. Wujudnya lembaran kertas kecil-kecil dengan tulisan dan coretan gambar tertentu. "Penangkal yang ditanam di lima tempat sedalam 10 cm itu akan membuat rumah terkesan tertutup sehingga menimbulkan rasa takut bagi orang yang berniat jahat," jelas Bu Iin sambil menambahkan bahwa kekuatan penangkal itu tidak akan luntur selama benda itu tidak rusak.Cara lain yang bisa diberikan Bu Iin untuk menangkal pencurian, dengan melihat denah dan arah rumah serta identitas pemilik (terutama nama dan tanggal lahir). Setelah itu baru dibuatkan penangkalnya. Akibat yang ditimbulkan memang terdengar aneh. Konon pencuri yang sudah masuk ke dalam rumah tidak akan bisa keluar, hanya berputar-putar di dalamnya. "Tapi, pencuri yang tertahgkap itu tidak boleh diapa-apakan. Malah selain harus kita ajak bicara baik-baik, kalau perlu diberi makan atau uang. Baru setelah itu diserahkan ke pihakyang berwajib," katanya. 'Sementara itu Munandir punya cara lain untuk melindungi keselamatan diri sendiri. "Orang harus punya gembolan. Artinya, ia perlu latihan olah kasukman atau kerohanian dan olah kanuragan, yang saya ajarkan. Dari situ ia akan memperoleh pertama kawaskitan, semacam kepekaan untuk melihat sesuatu yang bakal terjadi. Misalnya, kita tidak jadi pergi atau mencari jalan lain karena sudah tahu alangan yang akah menghadang kalau lewat jalan itu. Kedua, karena mahir bela diri, ya kita bisa menghadapi orang yang hendak berniat jahat," tutumya.Agar rumah aman dari pencuri atau penjahat lainnya, Pak Nandir menyediakan sarana berupa sebuah lukisan hasil coretannya sendiri dengan gaya abstrak. Bukan sembarang lukisan melainkan lukisan yang sudah "berisi" dan dihasilkan melalui proses ritual tertentu. "Lukisan buatan saya itu merupakan manifestasi dari ilmu kalacakra. Melihat lukisan yang dipajang itu, orang yang mau berbuat jahat sudah habis kekuatannya. Ia jadi kayak orang bingung, cuma tertawa-tawa, dan bicara biasa," kata Munandir, mantan guru menggambar, desain interior, dan seni drama di berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi di Yogya itu.Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi Juni 1996 dengan judul "Menjerat Penjahat dengan 'Ilmu Bingung' & Telepati".