Penulis
Intisari-Online.com -Siapa yang tidak rindu dengan kota kelahirannya? Begitu juga dengan Mario Steve Ambarita. Lantaran ingin melihat Jakarta kota kelahirannya, Mario Steve Ambarita nekat masuk ke ruang roda Garuda Indonesia tujuan Pekanbaru-Jakarta. Tapi ulah Mario itu berakibat fatal, ia kini dirawat di rumah sakit dengan kondisi jari-jarinya sudah membiru, juga ada darah keluar dari telinganya.
Seperti dilansir oleh Kompas.com, VP Corporate Communication Garuda, Pujbroto, mengatakan, pemuda 21 tahun itu berhasil masuk ke kawasan bandara tersebut setelah melewati pagar pembatas yang sebenarnya merupakan daerah terlarang alias restricted area.
Bagaimana ia bisa masuk ke daerah tersebut, masih menjadi pertanyaan hingga sekarang. Yang jelas, masih menurut Pujo, Mario nekat masuk ke area itu setelah sebelumnya mempelajari cara masuk ke bandara secara ilegal di media-media sosial.
Ia juga sudah mempelajari kondisi bandara Sultan Syarif Kasim III. “Ia tahu bahwa pesawat akan berhenti sejenak sesaat sebelum lepas landas. Nah, saat itulah Mario masuk ke ruang roda pesawat,” tutur Pujo.Risiko menyelinap di rongga roda pesawat
Kasus Mario bukan yang pertama. Yang paling fenomenal adalah kasus yang menimpa Keith Sapsford yang berhasil diabadikan oleh fotografer amatir asal Australia, John Glipin. Sapsford menumpang secara ilegal di rongga roda pesawat Japan Airlines rute Sydney-Tokyo pada Februari 1970. Ia terhempas ke daratan begitu peswat lepas landas.
Yang paling baru adalah kasus yang terjadi di Inggris. Seperti dilaporkan The Guardian 25 April 2013, potongan-potongan tubuh Jose Matada ditemukan di barat London. Dia diduga menumpang di rongga pesawat British Airways sebelum akhirnya jatuh saat pesawat akan mendarat.
Selain jatuh saat pesawat lepas landas, kemungkina terburuk lainnya jika menumpang di rongga roda pesawat adalah tersiksa hingga bisa berujung kematian. Menumpang secara ilegal di rongga roda pesawat, atau stowaway, membuat seseorang mengalami hypoxia dan hipotermia. Ketika pesawat naik ke ketinggian, proporsi oksigen memang tidak berubah, tetapi tekanan akan mengalami perubahan. Perubahan tekanan akan memengaruhi jumlah oksigen yang dapat diserap oleh tubuh.
Keterbatasan menyerap oksigen menyebabkan tubuh kekurangan senyawa unsur penting itu, disebut hypoxia. Kondisi hypoxia akan menyebabkan rasa lemas, tremor, hilang kesadaran, tak mampu melihat, dan kematian. Manifestasi dari hypoxia dapat berupa badan yang membiru akibat kekurangan oksigen. Itulah yang mungkin terjadi terhadap Mario. Telinga berdarah dapat terjadi akibat berada di daerah tekanan ekstrem, seperti di ketinggian. (Kompas.com)