Find Us On Social Media :

HOS Tjokroaminoto Mukanya Seperti Singa

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 10 April 2015 | 18:00 WIB

HOS Tjokroaminoto Mukanya Seperti Singa

Intisari-Online.com - Hadji Omar Said Tjokroaminoto diundang memberikan amanat pada rapat dokter-dokter Jawa (baca Indonesia) di Surabaya. Rapat memprotes diskriminasi pemeriatah kolonial. Dokter Jawa gajinya kalah besar dengan manti jururawat Belanda. Hadir juga dalam rapat itu polisi-polisi PID dan doter Tam, kepala rumah sakit CBZ Surabaya.

Giliran Pak Tjokro tiba. Ia naik mimbar dengan muka seperti singa, mata kanannya tak berhentinya berkejap-kekap, menandakan penuh buah pikiran dan isi dada yang hendak dilahirkan. Hadirin menyambut riuh, rakyat di luar bergemuruh. Lalu sunyi, semua orang menahan napas. Apa yang hendak diamanatkan oleh pemimpin rakyat itu?

“Kalau tuntutan saudara-sudara dokter Jawa bangsa kita yang saja pandang adil itu tidak dikabulkan oleh pemerintah, maka saja nasehatkan kepada saudara-saudar dokter bangsa kita supaya serentak meletakkan jabatannya sebagai budah yang tak berharga dan terjunlah di kalangan masyarakat, pimpinlah rakyat di desa-desa dan terimalah menjadi “dukun” rakyat dengan pembayaran setalenan tiap-tiap pasien… terjunlah jadi dukunnya rakyat di desa-desa.”

Orang bersorak menyambut sambil tepuk tangan dan berteriak-teriak: “Betul, betul, jadi dukun saya mas dokter, jangan kuatir kelaparan.” Amanat Pak Tjokro itu sekaligus menunjukkan kepribadiannya: cinta rakyat, antipenindasan, dan berani blak-blakan. Dan kata-kata itu diucapkan dengan saura baritonnya yang menurut F. Dahler, seorang tokoh Indische Partij, membuat ribuan pendengarnya menjadi keranjingan, nggandul pada bibirnya, dan bergelora hatinya.

Tokoh Tjokroaminoto menarik. Tampangnya tinggi, bregas-bregas. Kedua matanya terletak agak dalam; menerobos ke lubuk hati kalau memandang. Dahinya lebar, bibirnya terkatub tebal dan keras. Kulitnya kuning. Semakin mengaji riwayat hidup tokoh nasional ini, semakin tampak kebenaran kata-kata Bung Karno: “Terutama sekali Tjokroaminoto termasuklah salah seorang guru saja yang amat saya hormari. Kepribadiannya menarik saya, islamismenya menarik saya pula, oleh karena tidak sempit.”