Sulastin Sutrisno, Perempuan di Balik Penerjemahan Surat-Surat Kartini: Di Mana Surat-Surat yang Diterima Kartini?

Moh Habib Asyhad

Penulis

Sulastin Sutrisno, Perempuan di Balik Penerjemahan Surat-Surat Kartini: Di Mana Surat-Surat yang Diterima Kartini?

Intisari-Online.com -Ada kekecewaan di hati Dr. Sulastin Sutrisno, perempuan di balik penerjemahan surat-surat Kartini, meski ia berhasil mengindonesiakan dengan baik sebagian besar surat-surat yang pernah ditulis Kartini. Ia masih merasa kurang, karena belum berhasil menangani surat-surat yang ditujukan kepada Kartini. Ia bahkan bertanya-tanya, di mana surat-surat untuk Kartini?Sulastin pribadi berkeyakinan, surat-surat tersebut pernah diterima Kartini. Karena mustahil, para sahabat penanya tidak pernah membalas menulis surat? Kehadiran surat-surat tadi penting. "Itu akan membantu kita menggambarkan pikiran-pikiran Kartini seutuhnya. Di samping lebih mampu mengetahui segala permasalahan yang pernah dilontarkannya!" kata Sulastin.

Berbagai kemungkinan telah dikemukakan, mengapa kumpulan surat-surat jawaban ini tak pernah ketemu. Mungkin karena Kartini tergesa-gesa pindah dari Jepara ke Rembang, tatkala ia kawin dengan bupati. Mungkin karena kematian yang begitu cepat menjemput, sehingga tak seluruh koleksinya terurus. Tetapi mungkin pengaruh buruk kita bersama, menganggap segala surat yang selesai dibaca tak lagi mempunyai nilai.

126 lembar surat

Menurut taksiran, selama hidupnya Kartini melayangkan surat kepada para teman penanya tak kurang dari 126 lembar. Tidak seluruh surat-surat tersebut sudah dikumpulkan. Beberapa di antaranya tetap menjadi koleksi pribadi sahabat-sahabatnya. Surat-surat ini tak pernah diumumkan, sehingga masyarakat pun tak pernah tahu apa isinya. Walaupun juga terbuka kemungkinan, bahwa surat-surat jenis itu isinya kurang bermanfaat untuk orang lain.

Namun dari seluruh surat yang pernah ditulis Kartini, 78 surat dewasa ini telah terkumpul, diindonesiakan dan terbit berupa sebuah buku tebal bersampul merah dalam judul sangat sederhana Surat Surat Kartini.

Sebenarnya Sulastin selesai menterjemahkannya sekitar tahun 1976, setelah selama setahun penuh di sela-sela kesibukannya menyisihkan waktu, membaca ulang satu demi satu surat-surat tersebut. Secara kebetulan, penerbitnya tak bisa langsung mencetak karena masih ada buku-buku lain yang harus diterbitkan. Akhirnya buku kumpulan (cukup) lengkap surat Kartini baru terbit tahun 1979. "Entah bagaimana kok kebetulan sekali, tahun itu 100 tahun kelahiran Kartini diperingati dengan besar besaran".Pernah ditulis di Intisari Oktober 1979 dengan judul "Di Mana Surat-Surat yang Diterima Kartini".