Find Us On Social Media :

Katering Makanan Pesawat Terbang: Habiskan Satu sampai Dua Ton Dry Ice

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 5 Mei 2015 | 09:00 WIB

Katering Makanan Pesawat Terbang: Habiskan Satu sampai Dua Ton Dry Ice

Intisari-Online.com - Hingga menjadi produk siap saji, makanan pesawat terbang melalui banyak proses. Kalau di restoran cukup dikenal istilah cooked and served (masak dan sajikan). “Di dunia katering penerbangan, alurnya menjadi cooked, chilled, healed dan served, untuk memastikan makanan aman dikonsumsi,” papar Afdal Amir, Senior Manager Corporate Secretary PT Aerofood Catering Services (ACS).

Proses pembekuan terkait dengan keamanan makanan. Amir menuturkan, salah satu syarat makanan aman dan tidak rusak saat disajikan apabila didinginkan di suhu 0 - 5°C dan maksimal 8°C. Sesuai aturan, truk pengangkut makanan harus sudah siap di landasan untuk menaikkan makanan ke pesawat lima menit sebelum pesawat itu mendarat.

Masalahnya, makanan ini harus siap menghadapi keadaan tak terduga. Penundaan penerbangan, misalnya. “Bisa bayangkan kalau pesawat delay, sedangkan suhu di lapangan panas sekali,” ujar Amir.

Padahal makanan harus tetap dijaga pada suhu aman, hingga akhirnya dipanaskan oleh pramugari. Untuk urusan itu, tak kurang dari satu ton dry ice dibutuhkan setiap hari. Pada musim haji, jumlah bisa bertambah dua kali lipat.

Soal rasa makanan, memang tergantung selera masing-masing orang. Hanya saja Amir mengakui, makanan pesawat pada dasarnya untuk menahan lapar. “Tapi bukan berarti masakannya tidak enak, tapi karena penumpang yang kehilangan rasa,” terang Amir. Secara teori, di ketinggian tertentu, ada mekanisme dalam tubuh manusia yang membuat kemampuan merasakan makanan dan minuman berkurang. “Maka itu, di pesawat selalu tersedia garam dan merica,” tambah Amir.