Find Us On Social Media :

Siapa Saja yang Perlu Diruwat?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 6 Mei 2015 | 19:00 WIB

Siapa Saja yang Perlu Diruwat?

Intisari-Online.com – Anak atau orang sukerto itu manusia "panas" atau sial yang harus diruwat jika ingin hidup selamat. Banyak jenis manusia sukerto yang tersurat di berbagai kitab Jawa kuno. Jumlah jenis manusia "panas" yang tercantum dalam kitab-kitab klasik itu pun beragam, tidak sama. Lalu, siapa saja yang perlu diruwat?

Serat Padhalangan Ringgit Purwa karangan KGPAA Mangkunagara VII misalnya, merinci ada 14 jenis  manusia sukerto, sedangkan Serat Pustakaraja Purwa karya pujangga agung R.Ng. Ranggawarsito menyebutkan 26 jenis. Berikut adalah cukilan dari Kitab Centini (1814), jilid 2, edisi Latin terbitan Yayasan Centini Yogyakarta, hlm. 296 - 298. Manusia sukerto dirinci ada 15 jenis:

  1. Ontang-anting : anak tunggal laki-laki.
  2. Unting-unting: anak tunggal perempuan
  3. Uger-uger lawang: dua orang anak laki-laki semua
  4. Kembang sepasang: dua orang anak perempuan semua
  5. Gedhana-gedhini: dua orang anak, laki-laki dan perempuan
  6. Gedhini-gedhana: dua orang anak perempuan dan laki-laki, yang tua perempuan.
  7. Pendawa: lima orang anak laki-laki semua.
  8. Pendawa ngayomi: lima orang anak perempuan semua
  9. Pendawa madangake: lima orang anak, empat orang di antaranya laki-laki.
  10. Pendawa apit-apit: lima orang anak, empat di antaranya perempuan.
  11. Ontang-anting lumunting tunggaking aren: anak tunggal yang di tengah kedua alisnya terdapat titik putih bermuka pucat.

Sebelas macam manusia sukerto   yang disebabkan oleh “cacat kodrati” atau “cacat kelahiran” di atas menjadi mangsa pokok  Betara Kala yang harus diruwat. Kecuali itu Kitab Centini menyarankan pula empat jenis manusia sukerto yang disebabkan kelalaian, perilaku manusia itu sendiri, juga perlu diruwat. Empat jenis kelalaian manusia yang konon juga jadi mangsa empuk Batara Kala tersebut, yaitu:

  1. Batang angucap: jika seseorang berjalan di saat tengah hari tepat, tanpa bersumping di atas telinganya, tanpa berdendang, dan tidak mengunyah sirih.
  2. Jisim lumaku: jika dua orang berjalan di saat tengah hari tepat, tanpa bersumping di atas telinganya, tanpa berdendang, dan tidak mengunyah sirih.
  3. Mancah: orang yang sengaja mengalami Betara Kala mencari mangsa yang menjadi jatahnya.
  4. Tiba sampir: bayi yang lahir bertepatan dengan tersenggaranya wayang kulit di desanya.

Nah, itu tadi manusia sukerto yang perlu diruwat. (Intisari September 1993)