Kerasukan, Saat di Tubuh Bersemayam Roh Lain: Roh Meminjam Tubuh

Moh Habib Asyhad

Penulis

Kerasukan, Saat di Tubuh Bersemayam Roh Lain: Roh Meminjam Tubuh

Intisari-Online.com -Pendapat bahwa tubuh adalah tempat yang bisa dipinjam, dikuasai, atau diambil alih oleh orang lain telah lahir semenjak awal. Bukan hanya dalam bentuk fiksi, hal itu terjadi di kehidupan nyata. Di India, 19 Juli 1985, jenazah Sumitra (17) menunggu saat dimakamkan, keluarganya pun sibuk melakukan berbagai persiapan. Tiba-tiba, jasad yang terbaring itu bangkit. Tentu saja kerabatnya terkejut atas kebangkitannya itu. Namun, mereka lebih kaget lagi pada pernyataan Sumitra yang minta dipanggil sebagai Shiva. Sumitra baru pun mengaku tidak mengenal siapa pun di sana.

Sumitra - kini Shiva - mengaku terpukul di bagian kepala saat terjadi perkelahian di keluarganya. Yang ia tahu kemudian, ia bangkit dalam tubuh Sumitra. Menurut catatan polisi, Shiva (22) meninggal 2 bulan sebelumnya tanpa sebab yang jelas. Mayatnya ditemukan di rel kereta api dengan luka parah di bagian kepala yang sulit diidentifikasi. Herannya, keluarga suaminya mengatakan ia melakukan bunuh diri.

Bergabung dengan keluarga Shiva, Sumitra mampu mengenali keluarga, teman, dan tetangga, tempat-tempat, barang-barang, pribadi, dan setiap lembar pakaian miliknya, selain menjawab setiap pertanyaan untuk menguji dirinya.

Di India konsep perpindahan roh dapat diterima bahyak orang. Akibatnya, mungkin agak menyedihkan bagi keluarga Sumitra, karena Shiva bergabung dengan keluarga dan lingkungan lamanya. Keluarga Shiva pun yakin, anak perempuannya telah kembali dari kematian.

Bila kasus Shiva bersifat permaneh, di kasus lain, pengambilan tubuh hanya sementara, seperti pada kasus The Watseka Wonder yang terjadi tahun 1879. Mulanya E. Winchester Steven dari Watseka, Illinois, AS, bermaksud meneliti apa yang rnenyebabkan Lurancy Vennum (14) terus terserang sawan selama setahun.

Menurut Einchester, Vennum tidak menunjukkan tanda-tanda mengalami penyimpangan kepribadian. Gadis itu hanya mengakui telah berbicara dengan roh orang mati. Saat dihipnotis, Lurancy mengucapkan hal yang sama. Malah roh yang mengaku bemama Mary Roff itu ingin masuk ke tubuhnya untuk membebaskannya dari gangguan roh jahat. Yang mengejutkan, esok harinya, ia mengajukan dua permintaan. Permintaan pertama, agar ia disebut sebagai Mary Roff, selain ia ingin bertemu dengan keluarganya.

Dr. Steven sebenarnya mengenal Mary Roff asli. Mari menghabiskan hidupnya di Watseka dan meninggal tahun 1865 pada usia 18 tahuh. Ia juga tahu, tahun 1871-an untuk beberapa waktu keluarga Vennum pernah tinggal bertetangga dengan keluarga Roff.

Dr. Steven segera menghubungi keluarga Roff untuk menceritakan keanehan yang dialami Lurancy. Ibu dan saudara perempuan Mary pun datang menemuinya. Mereka mengaku belum pernah bertemu dengan Lurancy meski pernah bertetangga. Sebaliknya, Lurancy segera mengenali mereka, bahkan ia terlihat meneteskan air mata kegembiraan. Saat ibu dan kakaknya hendak pulang, ia pun memohon-mohon untuk dapat ikut serta dengan mereka.

Lurancy tinggal bersama keluarga Roff selama tiga bulan sepuluh hari, keluarga Roff pun semakin yakin bahwa di dalam Lurancy berdiam Mari asli.

Suatu ketika Mary menangis terisak-isak, ia berkata pada ibunya bahwa ia harus pergi. Hanya dalam beberapa detik, sikapnya berubah aneh, celingukan ke sana ke mari sambil berseru, “Di mana aku? Aku belum pernah ke sini sebelumnya.” Lurancy telah kembali.

Lurancy pulang ke rumahnya. Sejak itu ia tidak pernah mengalami gangguan psikis apa pun. Hanya pada saat tertentu ia akan menjenguk keluarga Roff, ketika Mary meminjam tubuhnya.

Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi Mei 1997 dengan judul “Di Tubuhnya Bersemayam Roh Lain”