Find Us On Social Media :

Misteri Manusia-Manusia Api: Asalnya Kekuatan Pikiran

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 8 Mei 2015 | 16:00 WIB

Misteri Manusia-Manusia Api: Asalnya Kekuatan Pikiran

Intisari-Online.com - Fenomena yang dialami para penderita pyrokinetic alias si manusia-manusia api berbeda dengan yang disebut penghangusan tubuh secara spontan (SHC). SHC sering berakibat fatal karena panas yang terjadi mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu hanya dalam beberapa menit. Bisa dibayangkan sebesarap kuat panasnya bila dibandingkan dengan pembakaran jenazah di krematorium yang menggunakan panas pada suhu 1.110°C. Perlu waktu 8 jam untuk membakar jenazah di situ. Itu pun, bekas yang ditinggalkan tidak seperti pada peristiwg SHC.

Dalam fenomena manusia pyrokinetics, tak sedikit orang yang mencoba mencari penyebab yang wajar terjadi dalam keseharian, seperti puntung rokok yang menyala, bara yang terpercik dari pemanas atau pembakaran.

Malah pada lingkungan tertentu ada yang mengaitkannya dengan poltergeist yang manifestasinya sering berupa kecelakaan kebakaran. Poltergeist yang dimaksud, menurut banyak orang, tidak disebabkan oleh roh jahat, tapi karena pribadi yang terganggu.

Atas dasar pendapat itu, ahli fisika Dr. Nandor Fodor menganjurkan, perlu analisis psikis untuk mernbuktikan bahwa rumah yang mengalami gangguan poltergeist lebih disebabkan oleh apa yang disebutnya sebagai “cetusan tekanan yang dirasakan penghuninya. 

Secara tersamar pendapat itu didukung anomalis Vincent H. Gaddis, seperti yang dimuat dalam bukunya Mysterious Fires and Lights yang berdasarkan penelitiannya di bidang parapsikologi tahun 1967. Menurutnya, "Ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek. Begitu gejolak meningkat, objek menjadi panas. Sehingga untuk membakar tirai, baju, atau benda lain yang mudah terbakar hanya perlu beberapa percikan panas."

Tidak heran bila orang-orang yang telah mampu mengontrol kekuatan pikiran akan mampu melakukan hal tersebut, misalnya dengan melakukan meditasi.--