Find Us On Social Media :

Balada Si Air Mata: Air Mata Emosional Mengeluarkan Protein

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 12 Mei 2015 | 18:45 WIB

Balada Si Air Mata: Air Mata Emosional Mengeluarkan Protein

Intisari-Online.com - Dalam jumlah normal, sesudah membasahi bagian depan bola mata dan menyingkirkan berbagai kotoran, sebagian air mata akan menguap alami. Sisanya dijaga agar tak tumpah ke pipi oleh lapis minyak yang disimpan kelenjar di tepi pelupuk. Agar seimbang, air mata disalurkan dua pembuluh air mata ke kantung air mata di sudut dalam pangkal mata. Kantung air mata ini menjadi kosong tiap kali kita mengedip, lalu diisi lagi dengan air mata. Seperti pompa pengisap, air mata itu dialirkan ke rongga di belakang hidung, menuju tenggorokan dan tertelan.

Karena saling berhubungan, bila kita menangis atau terangsang udara dingin dan menyantap sambal terlalu pedas, air mata bisa mengalir dari hidung, bukan hanya dari mata. Inilah proses alami aliran air mata yang meningkat dan bermanfaat.

William H. Frey II, direktur Dry Eye and Tears Research Center di Mineapolis, AS, melakukan percobaan untuk meneliti kandungan air mata dalam dua keadaan. Kelompok sukarelawan diminta menonton film sedih 2 – 4 jam untuk air mata akibat suasana hati, dan dipapar uap bawang merah sekitar tiga menit untuk air mata rangsang tercemar.

Hasilnya, air mata dua keadaan itu sama-sama mengandung tiga senyawa kimia yang dihasilkan tubuh selama perasaan tertekan. Yaitu protein leusin-enkefalin yang bertugas mengatasi rasa sakit, adrenokortikotropik si hormon penanda perasaan tertekan dan penghilang rasa sakit, serta prolaktin si hormon peningkat produksi air mata dan pengatur produksi air susu.

Frey menemukan, kelenjar air mata melarutkan dan mengeluarkan mangan (Mn), mineral yang terlibat dalam perubahan suasana hati. Air mata emosional mengeluarkan protein 24% lebih banyak daripada air mata rangsang tercemar. Kadar prolaktin dalam serum darah wanita dewasa hampir 60% lebih tinggi daripada pria. Ini bisa menjelaskan mengapa wanita menangis empat kali lebih sering daripada pria, dan wanita menopause yang kadar prolaktinnya berkurang, lebih jarang menangis.

Setelah menangis, 85% sukarelawan wanita dan 73% pria mengaku lebih lega. Frey menduga, air mata membuang zat beracun yang terkumpul di dalam tubuh akibat rasa tertekan. Disimpulkan, secara fisik dan psikis, menahan tangis tak baik karena mengurangi kemampuan seseorang menenggang rasa tertekan (yang merangsang pembentukan zat beracun dalam tubuh).

Tapi kalau air mata terus bercucuran tanpa rasa sedih atau sebab yang kita sadari pasti, itu soal lain.