Find Us On Social Media :

Kebohongan di Balik Tewasnya Osama Bin Laden: Semuanya Demi Obama

By Ade Sulaeman, Rabu, 13 Mei 2015 | 20:15 WIB

Kebohongan di Balik Tewasnya Osama Bin Laden: Semuanya Demi Obama

Intisari-Online.com - Seorang wartawan AS pemenang hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, membuat tudingan menghebohkan terkait operasi militer AS yang menewaskan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.

Pemerintah AS, ujar Hersh, menipu dunia soal kematian Bin Laden sehingga pemerintahan Presiden Barack Obama bisa mengklaim kemenangan perang melawan Al Qaeda.

--

Selain kebohongan dalam proses penggrebekan yang menewaskan Bin Laden itu, sumber Hersh juga meragukan klaim pemerintah AS yang menyebut telah menemukan dokumen-dokumen penting di kediaman Bin Laden.

"Gedung Putih harus memberi kesan bahwa Bin Laden masih penting dalam hal operasi. Jika tidak, mengapa harus membunuhnya?" ujar sumber itu.

"Sebuah cerita palsu dibuat, bahwa terdapat jaringan kurir yang datang dan pergi membawa perintah dalam USB. Semua hanya untuk memberi citra bahwa Bin Laden masih penting," tambah sumber tersebut.

"Pasukan SEAL seharusnya menyadari adanya skema besar politik ini. Bin Laden sangat bernilai bagi para politisi, dia menjadi semacam aset pekerjaan," lanjut sang sumber.

Serangkaian kebohongan, kesalahan pernyataan dan pengkhianatan yang sengaja diciptakan ini, menurut sang sumber, memicu reaksi balasan yang tak terelakkan.

"Kerja sama dengan Pakistan mengalami kemunduran hingga empat tahun sebab negeri itu membutuhkan waktu untuk kembali mempercayai AS, khususnya dalam hubungan militer untuk melawan terorisme, sementara terorisme terus tumbuh di seluruh dunia," tambah sang sumber.

"Mereka (Pakistan) merasa Obama telah berkhianat. Pakistan kini kembali bekerja sama dengan AS karena munculnya ancaman ISIS," lanjut sumber itu.

Seorang konsultan operasi komando khusus yang juga dikutip Hersh mengatakan, pembunuhan Bin Laden merupakan sebuah teater politik yang dirancang agar prestasi pemerintahan Obama di bidang militer terlihat cemerlang.

Sejauh ini, Gedung Putih belum menanggapi tudingan Hersh lewat artikelnya tersebut.(tribunnews.com)