Find Us On Social Media :

Mein Kampf (Masih) Dianggap sebagai Buku Paling Berbahaya di Dunia

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 28 Mei 2015 | 14:00 WIB

Mein Kampf (Masih) Dianggap sebagai Buku Paling Berbahaya di Dunia

Intisari-Online.com - Mein Kampf (masih) dianggap sebagai buku paling berbahaya di dunia. Paling tidak begitulah anggapan produser Publish and Burn (Terbitkan dan  Bakar). Pada masanya, buku tersebut menjadi naskah utama Nazi yang dicetak sebanyak 12 ribu eksemplar.

Untuk diketahui, masa berlaku hak cipta Mein Kampf karya mantan orang nomor satu Nazi, Adolf Hitler, itu, di Jerman, akan berakhir pada penghujung 2015 ini. Artinya, siapa pun bisa menerbitkannya. Dan di sinilah muncul kekhawatiran itu.

“Mereka ingin menggantikan Alkitab.” Dengan berbisik di ruang yang senyap di Perpustakaan Negara Bavaria, pakar buku langka Stephan Kellner menggambarkan bagaimana Nazi menjadikan surat panjang lebar bertele-tele dan sebagian besar tak bisa dibaca—yang merupakan setengah memoar dan setengah propaganda itu—menjadi bagian penting dalam ideologi Third Reich (Nazi Jerman).

John Murphy, yang kakeknya menerjemahkan versi lengkap pertama buku ini ke Bahasa Inggri pada 1936 mengatakan, sejarah tentang Hitler adalah sejarah yang menyepelekannya; dan orang-orang menyepelekan buku ini.

“Ada alasan yang baik untuk memperlakukan buku ini dengan serius karena adanya kemungkinan untuk disalahartikan. Meskipun Hitler menulisnya di tahun 1920-an banyak apa yang dikatakannya dalam buku itu, dijalankannya – kalau saja orang-orang lebih memperhatikannya pada saat itu, mungkin mereka sudah dapat melihat ancaman yang ada di dalamnya.”

Mein Kampf pertama kali ditulis saat Hitler mendekam di dalam penjara karena dianggap berkhianat pasca-gagalnya pemberontakan “Beer Hall” Munick 1923. Saat Hitler memegang kekuasaan tertinggi di Jerman satu dasawarkan kemudian, buku itu menjadi naskah utama Nazi, dengan 12 juta eksemplar dicetak. Buku itu diberikan kepada para pasangan yang baru menikah oleh negara dan edisi bersampul emas dipamerkan dengan mencolok di rumah-rumah para pejabat senior. 

Selanjutnya, saat Perang Dunia II berakhir, ketika Angkatan Darat Amerika Serikat menyita perusahaan penerbit Nazi Eher Verlag, hak cipta Mein Kampf diserahkan kepada pemerintah Bavaria. Mereka menjamin bahwa buku itu hanya dapat dicetak ulang di Jerman jika ada situasi khusus. Tapi bagaimana nasib buku itu setelah masa hak ciptanya habis akhir 2015 nanti?

“Bavaria menggunakan hak ciptanya untuk mengendalikan penerbitan kembali Mein Kampf tetapi kini pengendalian itu akan berakhir – apa yang nanti akan terjadi?” kata Murphy. “Ini masih merupakan buku yang berbahaya – dan ada masalah dengan neo-Nazis, serta ada bahaya bahwa orang-orang salah menginterpretasikannya jika tidak mengerti konteksnya.”

Selain itu, pertanyaan lain yang sempat mengemuka adalah, apakah ada orang yang bersedia menerbitkan buku tersebut? “Buku ini penuh dengan anak kalimat yang bombastis dan sulit dimengerti, detail-detail sejarah serta utas ideology yang berbelit-belit, yang biasanya cenderung dihindari oleh neo-Nazi dan para ahli sejarah serius,” tulis The New Yorker.