Penulis
Intisari-Online.com - Seorang bocah terlihat sedang bermain-main menggunakan boks di sebuah layar televisi. Ia mengayun-ayunkan boks tersebut dan beraksi seolah sedang menjadi tokoh superhero. Aksi sang bocah sepintas terlihat sangat konyol, namun di matanya ia melihat sebuah dunia yang berbeda.
Selidik punya selidik, ternyata sang bocah sedang melihat dirinya di layar menggunakan tangan robot. Boks yang berada dalam genggamannya, ternyata berubah menjadi tangan robot di layar kaca. Sang bocah gembira, karena impiannya seakan-akan menjadi kenyataan.
Itulah salah satu contoh sistem augmented reality (AR) atau yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai realitas tertambah. Sistem yang telah berkembang sejak 1960-an ini makin sempurna dan dapat digunakan dalam berbagai segi kehidupan, seperti permainan, periklanan, militer, dan kesehatan.
Secara sederhana, AR menggabungkan benda virtual baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi dengan realitas dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, AR memodifikasi dunia nyata dengan menambahkan berbagai komponen virtual pada waktu bersamaan.
Berbeda dengan virtual reality yang mengubah dunia nyata menjadi sebuah dunia virtual. AR justru diperhitungkan sebagai lanjutan dari virtual reality. Dalam dunia virtual reality seseorang akan masuk ke dalam dunia yang sama sekali berbeda atau dunia buatan. Dalam virtual reality semua hukum yang ada di dunia nyata tak akan berlaku. Paul Milgram dan Fumio Kishino, pencetus teori virtual kontinuum (rentang antara realitas dan virtualitas), menyatakan bahwa AR bukanlah kebalikan dari VR. AR pada dasarnya berada dalam ranah reality-virtual (RV)
Dengan menggunakan AR informasi mengenai lingkungan sekitar pengguna akan menjadi sangat interaktif dan dapat dimanipulasi secara digital. Informasi-informasi artifisial mengenai sebuah objek atau lingkungan dapat ditambahkan dalam waktu bersamaan di sebuah layar.
Mengenali objek
Kunci kerja AR sebetulnya tak serumit yang dibayangkan. Untuk membuat sebuah penambahan virtual, sistem AR harus merekam atau mengenali gambar atau objek yang akan digunakan nantinya. Proses ini disebut juga sebagai registrasi imaji.
Registrasi imaji menggunakan beberapa metode. Sebagian besar metode ini berhubungan proses perekaman posisi menggunakan kamera berulang kali. Dalam registrasi imaji, kamera akan mendeteksi poin-poin penting dalam sebuah objek atau pola pergerakan sebuah objek. Mudahnya, kamera akan mengingat pola-pola sudut, batas-batas garis, dan unsur-unsur lainnya pada sebuah objek. Yah, seperti mengingat wajah pasangan sendiri.
Setelah registrasi imaji, maka para pengembang aplikasi akan memasukkan unsur-unsur maya seperti objek-objek tiga dimensi atau animasi-animasi interaktif. Unsur-unsur maya yang akan dilekatkan pada imaji harus dikalkulasikan secara tepat, agar posisinya tepat berada di bagian objek yang telah diregistrasi sebelumnya.
Sistem AR dapat merekam dan mengenali berbagai objek, seperti gambar-gambar dalam brosur, baju atau rompi khusus, muka seseorang, dan posisi-posisi berdiri. Bayangkan, sebuah brosur yang memunculkan gambar tiga dimensi di layar komputer. Atau bayangkan wajah Anda berubah menjadi tokoh kartun yang mengikuti gerakan. Semuanya mungkin dengan menggunakan AR.
Untuk menggunakan AR, cukup sediakan perangkat sederhana seperti kamera (webcam) dan komputer atau laptop, maka sistem AR bisa dinikmati. Bagi Anda yang memiliki komputer tablet atau ponsel pintar, bisa mengunduh aplikasi-aplikasi yang menggunakan sistem AR.
Aplikasi yang memiliki sistem AR di dalamnya dapat difungsikan secara langsung. Namun, ada juga yang tertanam di dalam situs-situs perusahaan. Dengan menanam sistem AR dalam situsnya, perusahaan dapat melakukan promosi yang menarik. Untuk bisa mengaktifkan sistem AR pada sebuah situs, biasanya konsumen perlu membeli produk dari perusahaan tersebut. Maka tak heran bila perusahaan yang berani menggunakan sistem AR pada situsnya, bisa mendapatkan kenaikan signifikan baik pada penjualan maupun traffic pengunjung situs.
Indonesia, pemimpin AR Asia Tenggara
Berbicara tentang perkembangan sistem AR, Peter Shearer dari AR & Co, perusahaan pengembang sistem AR di Indonesia, mengatakan bahwa perkembangan teknologi AR dalam 3 tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini justru lebih menonjol pada negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, AR & Co, melayani banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan ternama untuk membuat sebuah sistem AR yang dapat digunakan untuk kepentingan promosi dan presentasi. Hasilnya pun luar biasa. Sebagai contoh, perusahaan telekomunikasi ternama Telkom, menjadi perusahaan pertama yang mempergunakan sistem AR saat memperkenalkan logo baru mereka. Hal ini menjadi pembicaraan khalayak ramai, sebab presentasi dengan sistem AR tersebut disiarkan secara langsung alias live!
Tak hanya Telkom, beberapa perusahaan dengan produk-produk makanan dan minuman juga ikut berlomba menggunakan AR sebagai promosi. Hasilnya pun sangat memuaskan. Beberapa perusahaan mengaku mengalami kenaikan penjualan hingga 400% setelah mempromosikan produk mereka menggunakan AR.
Sebagai perusahaan pertama yang memperkenalkan sistem AR di Indonesia, AR & Co, menggunakan SDM lokal. “Yang patut dibanggakan, ini semua (hasil proyek AR) adalah hasil-hasil orang lokal. Lulusan dari universitas lokal yang memang tertarik dengan AR,” ujar Peter. Berkat keberhasilan mereka, mulai banyak universitas yang tertarik untuk menjadikan AR sebagai salah satu mata perkuliahan mereka.
Ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap AR juga ditunjang oleh infrastruktur yang makin memadai. Kemudahan mendapatkan perangkat-perangkat canggih seperti laptop, komputer tablet, serta ponsel pintar, membuat sistem AR makin berkembang dan diminati di Indonesia. Dengan infrastruktur yang makin berkembang, maka tak heran bila Peter Shearer optimis bila Indonesia dapat menjadi leader dalam perkembangan sistem AR.
Jadi, apa anda siap untuk memasuki ranah virtual?