Find Us On Social Media :

Mengaburkan Batas Realita dan Virtual

By Jeffrey Satria, Rabu, 30 Mei 2012 | 14:00 WIB

Mengaburkan Batas Realita dan Virtual

Intisari-Online.com - Seorang bocah terlihat sedang bermain-main menggunakan boks di sebuah layar televisi. Ia mengayun-ayunkan boks tersebut dan beraksi seolah sedang menjadi tokoh superhero. Aksi sang bocah sepintas terlihat sangat konyol, namun di matanya ia melihat sebuah dunia yang berbeda.

Selidik punya selidik, ternyata sang bocah sedang melihat dirinya di layar menggunakan tangan robot. Boks yang berada dalam genggamannya, ternyata berubah menjadi tangan robot di layar kaca. Sang bocah gembira, karena impiannya seakan-akan menjadi kenyataan.

Itulah salah satu contoh sistem augmented reality (AR) atau yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai realitas tertambah. Sistem yang telah berkembang sejak 1960-an ini makin sempurna dan dapat digunakan dalam berbagai segi kehidupan, seperti permainan, periklanan, militer, dan kesehatan.

Secara sederhana, AR menggabungkan benda virtual baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi dengan realitas dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, AR memodifikasi dunia nyata dengan menambahkan berbagai komponen virtual pada waktu bersamaan.

Berbeda dengan virtual reality yang mengubah dunia nyata menjadi sebuah dunia virtual. AR justru diperhitungkan sebagai lanjutan dari virtual reality. Dalam dunia virtual reality seseorang akan masuk ke dalam dunia yang sama sekali berbeda atau dunia buatan. Dalam virtual reality semua hukum yang ada di dunia nyata tak akan berlaku. Paul Milgram dan Fumio Kishino, pencetus teori virtual kontinuum (rentang antara realitas dan virtualitas), menyatakan bahwa AR bukanlah kebalikan dari VR. AR pada dasarnya berada dalam ranah reality-virtual (RV)

Dengan menggunakan AR informasi mengenai lingkungan sekitar pengguna akan menjadi sangat interaktif dan dapat dimanipulasi secara digital. Informasi-informasi artifisial mengenai sebuah objek atau lingkungan dapat ditambahkan dalam waktu bersamaan di sebuah layar.

Mengenali objek

Kunci kerja AR sebetulnya tak serumit yang dibayangkan. Untuk membuat sebuah penambahan virtual, sistem AR harus merekam atau mengenali gambar atau objek yang akan digunakan nantinya. Proses ini disebut juga sebagai registrasi imaji.

Registrasi imaji menggunakan beberapa metode. Sebagian besar metode ini berhubungan proses perekaman posisi menggunakan kamera berulang kali. Dalam registrasi imaji, kamera akan mendeteksi poin-poin penting dalam sebuah objek atau pola pergerakan sebuah objek. Mudahnya, kamera akan mengingat pola-pola sudut, batas-batas garis, dan unsur-unsur lainnya pada sebuah objek. Yah, seperti mengingat wajah pasangan sendiri.

Setelah registrasi imaji, maka para pengembang aplikasi akan memasukkan unsur-unsur maya seperti objek-objek tiga dimensi atau animasi-animasi interaktif. Unsur-unsur maya yang akan dilekatkan pada imaji harus dikalkulasikan secara tepat, agar posisinya tepat berada di bagian objek yang telah diregistrasi sebelumnya.

Sistem AR dapat merekam dan mengenali berbagai objek, seperti gambar-gambar dalam brosur, baju atau rompi khusus, muka seseorang, dan posisi-posisi berdiri. Bayangkan, sebuah brosur yang memunculkan gambar tiga dimensi di layar komputer. Atau bayangkan wajah Anda berubah menjadi tokoh kartun yang mengikuti gerakan. Semuanya mungkin dengan menggunakan AR.

Untuk menggunakan AR, cukup sediakan perangkat sederhana seperti kamera (webcam) dan komputer atau laptop, maka sistem AR bisa dinikmati. Bagi Anda yang memiliki komputer tablet atau ponsel pintar, bisa mengunduh aplikasi-aplikasi yang menggunakan sistem AR.