Find Us On Social Media :

Menyulap Air Banjir Menjadi Siap Pakai

By Agus Surono, Kamis, 24 Januari 2013 | 07:00 WIB

Menyulap Air Banjir Menjadi Siap Pakai

Intisari-Online.com - Ada pemandangan yang menyolok mata saat melintas di bawah jembatan layang Kalibata. Sebuah tangki berwarna biru menjadi sumber air bagi para korban banjir. Dari mana sumber air bersih? Setelah diamati ternyata berasal dari Sungai Ciliwung yang airnya cokelat keruh. Tentu saja tidak langsung dialirkan ke tangki itu. Sebuah truk yang menggendong alat pengolah air memrosesnya sebelum dialirkan ke tangki dan siap digunakan warga.

Pengolah air itu didatangkan dari Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia, dan Kementrian PU. "Jadi, mobil istalasi penjernih air ini dapat mengolah air dengan kekeruhan sangat tinggi, seperti kekeruhan air di bantaran Kali Ciliwung yang digunakan untuk pasokan air bersih dengan tingkat kekeruhan di atas 15.000 MPU dapat dijernihkan hingga 0 MPU atau setara dengan air mineral," ujar Direktur Operasional LAPI ITB, Dr Ir. Rusnandi Gasardi, M.Sc., seperti dikutip Kompas.

Oleh karena itu, air hasil olahan dari mobil instalasi penjernih itu tidak hanya langsung dapat digunakan untuk mandi, tapi juga siap minum. Rusnandi menyatakan, mobil instalasi penjernih air tersebut tidak membutuhkan pasokan listrik yang besar. Hanya 700 watt listrik yang diperlukan untuk menghasilkan air bersih sekitar 500.000 liter per hari. Jika menggunakan genset, diperlukan 10 liter solar untuk mengoperasikan mobil instalasi penjernih itu.

Ia mengatakan, teknologi WTP Mobile Micro Hydraulic LAPI Indowater ITB tersebut sudah dikembangkan sejak tahun 2001 dan sudah mendapat paten Kementerian Hukum dan HAM sejak tahun 2006. Menurutnya, ada tiga filosofi yang digunakan yaitu, kndungan lokal yang berarti barang dan materialnya dapat diperoleh di seluruh Indonesia, ramah guna, dapat dioperasikan oleh seluruh orang hanya dengan latihan selama satu jam, dan biaya rendah yaitu dengan biaya operasional yang murah.

Mobil instalasi penjernih tersebut mulai digunakan sejak tahun 2006 saat terjadi musibah tsunami di Aceh. Sebuah mobil instalasi penjernih dapat memenuhi pasokan air bersih bagi 30.000 jiwa dalam satu hari. Rusnandi mengimbau agar teknologi LAPI Indowater ITB ini dapat dipakai di PDAM sebab dapat meningkatkan produksi air dua kali lipat dari kondisi existing dan menghemat biaya 50 persen.

Teknologi ini sudah digunakan di PDAM di Kaltim untuk mengolah air gambut, di Makassar, di Serang. PAM Jaya juga sudah akan mulai memakai untuk pengolahan air dengan sumber Banjir Kanal Barat di Jembatan Besi dan di Pesanggrahan.