Penulis
Intisari-Online.com - Jumlah pengguna ponsel terus bertambah, namun tidak begitu dengan alat pendeteksi hujan. Nah, hal itulah yang dimanfaatkan oleh sebuah tim di Belanda. Mereka mencoba membuat sebuah peta curah hujan dengan memanfaatkan sinyal seluler yang dipancarkan dari satu tower ke tower yang lain.
Teknik yang digunakan ini didasarkan pada suatu temuan bahwa sinyal seluler akan melemah saat hujan datang dan kembali menguat saat hari cerah. Dengan menggunakan data yang disediakan oleh operator lokal, Aart Overeem dari Royal Netherlands Meteorological Institute dan timnya datang dengan suatu algoritma untuk mengukur perbedaan antara sinyal kuat yang diharapkan dan sinyal lemah yang diterima ketika hujan mengganggu.
Para peneliti menyatakan teknik mereka dapat berguna untuk meningkatkan “ramalan” banjir dan menyediakan pengawasan curah hujan yang real-time untuk negara miskin dimana perlengkapan meteorologikal konvensional sangat jarang, namun ponsel sudah sangat biasa.
Teknik ini bergantung pada keberadaan tower-tower seluler untuk merekam kekuatan sinyal dari transmisi microwave yang diterima dari tower terdekat, yang biasanya berjarak sekitar 3 kilometer saru sama lain. Sinyal akan ditransmisikan pada suatu kekuatan konstan, dan harus jatuh dalam suatu cara yang dapat diprediksi dengan jarak, ketika hari tidak hujan.
Ada sekitar 8000 microwave yang terhubung di Belanda, dan tim telah diberi akses untuk mendata sekitar 2400 diantaranya, dengan sinyal kuat yang terekam setiap 15 menit, cukup untuk mendapatkan gambaran curah hujan yang melintas di seluruh negara. Sebaliknya, institut meterologihanya memiliki 32 pembacaan hujan yang dapat membaca setiap sepuluh menit.
Tim memetakan curah hujan antara Juni hingga September 2011 dan menemukan pembacaan yang berasal dari data seluler cenderung untuk sama dengan yang dihasilkan oleh kombinasi dua alat tradiosional, yaitu pengukur hujan dan radar.
Dengan fakta bahwa keberadaan tower di suatu wilayah mencakup sekitar kisaran 90% wilayah tersebut, maka diharapkan teknologi ini akan mudah diterapkan. Bagaimana dengan Jakarta? (NewScientist)