Find Us On Social Media :

Mencipta Musik dari Kamar Tidur

By Rusman Nurjaman, Rabu, 28 Agustus 2013 | 13:00 WIB

Mencipta Musik dari Kamar Tidur

Intisari-Online.com - Di mana pun listrik menyala, niscaya musik elektronik dapat hidup. Begitulah kredo bermusik sekumpulan muda-mudi yang menekuni genre musik elektronik. Proses kreatif mereka dalam berkarya memang tak bisa dipisahkan dari berbagai piranti elektronik, terutama gawai (gadget), perangkat lunak (software), dan internet. Perkembangan teknologi informasi yang kian pesat ternyata ikut menentukan cara orang muda mengembangkan kreativitasnya, termasuk dalam bermusik.Kini, kita pun dapat menikmati suguhan musik yang lebih variatif. Dalam satu dekade terakhir banyak bermunculan band-band elektronik dari beberapa kota besar di Indonesia. Sebagai contoh, ada Bottlesmoker, Homogenic, Asturiaz, Media dan lain-lain. Karya mereka jelas berbeda dengan musik konvensional yang menggunakan instrumen akustik atau analog.Musisi kamarGrahadea Kusuf, salah seorang personel Homogenic, menuturkan, ciri utama band elektronik adalah sound sintetis yang jauh berbeda dengan ciri organik. Ada juga bagian-bagian mekanis yang mustahil dimainkan "beneran" secara akustik. “Yang paling kentara membedakan, kami menggunakan instrumen-instrumen selain gitar, bass, dan drum,” kata Dea.Susunan personelnya pun berbeda dengan band-band analog yang dibangun oleh 1 vokal, 2 gitar, 1 bass, dan 1 drum. Band elektronik bisa dimainkan oleh tiga, dua, dan bahkan satu orang pemain. Satu orang pemain, tentunya, bisa memainkan lebih dari satu instrumen dalam satu komposisi musik.Tak heran jika kemudian genre musik yang satu ini melahirkan banyak musisi kamar (bedroom musician). Dengan hanya berbekal komputer jinjing dan alat perekam, seseorang dapat menciptakan aransemen musik yang ciamik dengan karakter yang lebih personal dari kamar tidurnya sendiri.Proses penciptaan musik elektronik memang tidak begitu ribet. Anggung Suherman, personel Bottlesmoker, mengatakan, kelahiran banyak musisi elektronik ini dilatari oleh suatu ide untuk mengeksplorasi ruang-ruang penciptaan karya musik seluas-seluasnya tanpa harus bergantung pada jumlah personel. “Musik elektronik dapat diciptakan tanpa harus berintegrasi dengan orang lain sebagaimana yang selama ini dilakukan para musisi konvensional,” kata lelaki kerap disapa Angkuy ini.