Find Us On Social Media :

Rekayasa Foto, Bolehkah?

By Mohamad Takdir, Rabu, 28 Agustus 2013 | 08:00 WIB

Rekayasa Foto, Bolehkah?

Intisari-Online.com - Merekayasa foto sudah ada semenjak asal-muasal fotografi itu sendiri. Dengan teknologi kini rekayasa foto semakin mudah dan sulit untuk dideteksi. Tidak hanya mereka yang profesional, amatiran pun bisa mengedit foto sesuka hati. Bahkan aplikasi edit foto instan sudah sejak lama ada di ponsel pintar dan kamera saku canggih. Baru-baru ini akun instagram Ani Yudhoyono sempat heboh sebab beberapa pengguna menganggap foto yang diunggah ibu negara sebagai hasil editan. Untuk dunia jurnalistik manipulasi foto dianggap tabu. Dalam fotografi jurnalistik, fotografer sering memainkan perbaikan cahaya, pengubahan menjadi black and white, dan cropping. Bagian ini yang kadang-kadang membingungkan karena batasan-batasan yang kurang tegas tersebut.Lalu dimana batasannya? National Press Photographers Association di Amerika Serikat menyebutkan bahwa editing harus mempertahankan integritas konten foto dan konteks. Jangan mengubah/menambah gambar yang bisa menyesatkan yang melihat foto tersebut. Salah satu kasus tahun 2001 ada di koran Los Angeles Times di mana fotografer menggunakan Adobe Photoshop untuk menggabungkan dua foto. Sang fotografer itu kemudian dipecat. Lalu ada kasus fotografer Adnan Hajj, seorang fotografer lepas Lebanon yang “menambah” asap dari foto perang yang ia ambil. Reuters kemudian berhenti bekerjasama dengan Adnan Hajj dan editor foto Reuters dipecat.Tersedianya software digital editing membuat semua orang bisa mengedit foto sehingga batas baik dan buruk menjadi kabur. Banyak jurnalis foto menggunakan aturan "ruang gelap" di mana hanya menggunakan Photoshop untuk hal-hal yang masih bisa dilakukan secara tradisional.Dalam sejarah manipulasi foto masuk dalam ranah politik di mana foto Abraham Lincoln pernah dirubah menggunakan tubuh orang lain dan kepala Lincoln. Diktator Soviet Joseph Stalin juga senang merubah foto untuk menyingkirkan lawan politik yang tidak ia suka. Tetapi di dunia periklanan, perubahan foto menjadi sesuatu yang lumrah dan tidak dipermasalahkan.Begitu pula dengan penggunaan pribadi untuk koleksi senang-senang belaka, tidak ada masalah jika kita mau mengubah foto diri kita sesuka mungkin. Masalahnya baru muncul kalau foto itu kita gunakan untuk "menipu" dan menyesatkan orang lain. Salah satu iklan di bawah ini memberikan contoh menarik mengenai rekayasa foto. (Pelbagai sumber)