Find Us On Social Media :

Garam: Dulu Mewah Kini Lumrah

By Agus Surono, Selasa, 22 Februari 2011 | 18:35 WIB

Garam: Dulu Mewah Kini Lumrah

Ironis! Negara dengan garis pantai sekitar 95.181 km (nomor empat terpanjang di dunia) ini ternyata setiap tahunnya mengimpor garam sebanyak 1,5 - 1,6 juta ton. Kebutuhan garam nasional pada tahun 2010 mencapai 2,865 juta ton.

Padahal garam telah menjadi bagian dari umat manusia sejak zaman dulu. Dalam kitab suci Ibrani (Leviticus 2:13), terpetik "... dalam semua sesajimu kamu harus mempersembahkan garam."

Jauh sebelum menjadi penghuni dapur, derajat garam dulu amat tinggi. Ia punya "hubungan khusus" dengan adat istiadat. Menurut adat di berbagai belahan dunia, para tamu yang memasuki rumah akan diberi roti dan garam. Bahkan, pengantin baru dihidangi anggur, roti, dan garam. Karena dianggap tinggi nilainya, garam sempat dijadikan mata uang. Kata salary berasal dari bahasa Latin salarium, yang merujuk pada pembayaran yang dilakukan para serdadu Romawi untuk membeli garam (Intisari no. 487).

Sampai akhirnya, di Afrika Tengah, garam menjadi teman nasi yang lumayan mewah. Garam yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa ini mengandung unsur - ion-ion sodium dan klorida - yang merupakan zat gizi penting, menjadikan garam salah satu zat paling pokok bagi manusia. Selain itu, rasa asinnya adalah salah satu dari keempat rasa dasar. Karena fungsinya sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa, maka garam juga menjadi sumber mineral cukup berharga.

Air laut merupakan sumber berlimpah garam dengan kandungannya yang mencapai 35 bagian per seribu. Sodium klorida merupakan unsur terbesar dari garam, lebih dari 77%. Garam yang lainnya mengandung magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium sulfat, potasium klorida, dan sedikit magnesium bromida serta kalsium karbonat. Secara fisik, sodium klorida merupakan kristal berbentuk kubus, bisa tanpa warna, transparan, ataupun berkilau.

Tak heran kalau cara paling gampang memperoleh garam adalah dengan menguapkan air laut. Untuk itu diperlukan suatu kelembaban yang rendah dan sinar matahari yang cukup. Air laut yang telah diuapkan disalurkan kedalam tiga atau empat panci pengkristal yang konsentrasinya secara perlahan dinaikkan. Garam yang mengkristal di setiap panci dikumpulkan, dicuci dengan larutan air garam jenuh, dicuci ulang dengan air tawar, dikeringkan, lalu siap dilempar ke pasar. Metode ini masih digunakan di banyak penjuru dunia (termasuk AS, Afrika, dan India).

Namun, sumber garam bukan di laut saja. Garam juga muncul secara alamiah dalam bentuk kristal padat dari unsur-unsur halite, atau bongkahan garam, yang terbentuk dari penguapan lautan berusia sangat tua.

Selain digunakan sebagai penyedap rasa dan pengawet, garam juga dipakai untuk memproses acar dan keju serta untuk mengawetkan ikan dan produk daging. Kulit binatang diproses dengan garam sebelum dibuat menjadi bahan kulit. Garam pun tak bisa dilepaskan dari pembuatan bahan-bahan kimia seperti asam hidroklorida, sodium hidroksida, dan sodium bikarbonat. Dalam proses industrial ia juga berfungsi sebagai bahan mentah. Air garam banyak digunakan dalam proses refrigerasi dan pendinginan.

Dalam proses pendinginan, 36 g garam yang dilarutkan kedalam 100 g air bersuhu 15,5oC, maka suhu larutan yang dihasilkannya kurang lebih akan tereduksi 3,3oC sampai 5,5oC. Karena bersifat higroskopis, dalam kondisi normal garam akan menyerap air dari atmosfir. Inilah sebabnya mengapa garam mudah larut dalam air.

O, iya, masih ada fungsi garam di negeri yang memiliki empat musim. Garam sering ditebarkan di jalanan pada musim dingin untuk mencairkan es dan salju. Begitu banyak fungsi garam. Tapi, Anda penderita hipertensi, jauhilah garam.