Penulis
Intisari-Online.com -Psikolog Anak, Efnie Indrianie, M. Psi menyatakan, sidik jari berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan otak anak, dan kerjanya bebarengan dengan kerja otak. Semakin dini tahu sidik jari anak, semakin baik pula bagi ibu untuk menerapkan pola asuh anak. Perlu diketahui kecerdasan otak dan perkembangan anak, selain dipengaruhi dari faktor genetik, juga dipengaruhi oleh stimulasi dan lingkungannya.
(Sebentar Lagi, Turis di Jepang Bisa Belanja dengan Menggunakan Sidik Jari)
Sidik jari sendiri sudah muncul saat janin berusia 13 minggu. Menurut Efnie, semakin dini sidik jari anak dan ibu diketahui, maka akan baik pula perkembangan anak. Kira-kira usia 4 bulan, tes sidik jari sudah mulai bisa dilakukan.
Lewat tes sidik jari, kita dapat mengetahui banyak hal. Misalnya saja gaya belajar anak apakah masuk ke dalam golongan visual, auditori, kinestetik; kemampuan soft skil anak (kepercayaan diri, kepekaan, inisiatif, dan proses kreatif ); tipe ekplorasi anak (realitas, imaginatif, observasi); serta potensi dan bakat anak. Untuk ibu, dari sidik jarinya bisa terkuak pola gaya asuhnya. Apakah tipe alamiah (mengikuti alur perkembangan anak begitu saja), tipe membimbing (memberi batasan dan aturan pada anak), tipe responsif (mudah membuat keputusan untuk anak), atau tipe analitis ( berpikir banyak sebelum membuat keputusan pada anak).
(Benarkah Fitur Pemindai Sidik Jari Milik Galaxy S5 Rentan Dibajak?)
Dengan mengetahui gaya belajar anak kita bisa mempersiapkan diri untuk mendukung tumbuh kembang si anak. Untuk tipe imaginatif, ibu harus banyak menyediakan alat-alat edukatif di rumah agar dia bisa menganalogikan sesuai kenyataannya. Kalau mau marah pun, ibu juga harus menyesuaikan dengan kondisi anaknya. Kalau gaya belajarnya visual, cara marah tidak dilakukan dengan membentak, melainkan dengan memberikan contoh yang benar."
Efnie melanjutkan, analisis sidik jari memiliki akurasi yang lebih tinggi ketimbang tes psikologi. Angkanya mencapai 87,91%, sedangkan tes psikologi hanya 65%. Analisis sidik jari juga memebrikan hasil yang tetap, tidak berubah, meski diulang beberapa kali atau sampai individu meninggal. Hal ini disebabkan sidik jari bersifat permanen, spesifik, dan klasifikatif. Berbeda dengan tes psikologi, yang pada umumnya hasil yang diperoleh dipengaruhi situasi diri yang dialami individu saat melaksanakan tes. Dengan begitu, hasil yang diperoleh bisa berbeda setiap saat.
Proses analisis sidik jari ini cukup singkat. Sepuluh jari ditempelkan pada sebuah alat khusus secara bergantian. Setelah itu dalam layar komputer - lewat program khusus tentu saja - akan muncul lubang-lubang serta guratan sidik jari. Dari sanalah kepribadian anak dan ibu akan dianalisis. Selang beberapa menit hasilnya dapat diketahui.
Tes sidik jari bisa pula digunakan untuk membantu proses terapi anak down syndrome. Menurut Efnie, mereka memiliki sidik jari yang khas. Efnie menambahkan tes sidik jari ini bisa dilakukan pada ayah. Tak hanya itu, segala usia pun bisa melakukannya. Khusus untuk usia 20-an ke atas, tes ini lebih pada tujuan untuk pengembangan diri mereka. Untuk diketahui, tes sidik jari ini berkisar Rp 300.000,-..
Tertarik?
del