RT bukan Reply To

Agus Surono

Penulis

RT bukan Reply To

Popularitas Twitter sekarang ini menjadi fenomena. Menurut @jtug, jumlah account Twitter sekarang sudah melebihi 300 juta, hampir setengahnya Facebook (18 Mei 2011). Dibandingkan dengan media sosial lain seperti Facebook, relasi antar-account Twitter bersifat satu arah. Sebuah account mengikuti (follow) account yang lain, namun account yang diikuti itu belum tentu akan serta-merta balik mengikuti, atau istilahnya follow back.

Salah satu fasilitas di Twitter adalah ReTweet atau kicau ulang. Dengan RT seseorang menyiarkan kembali kicauan tadi ke pengikutnya. Bentuk paling murni dari sebuah RT adalah tanpa modifikasi sama sekali, dan karena didukung oleh fasilitas yang disediakan oleh Twitter, kicauan tersebut tampil utuh walaupun nama account kita akan membuat keseluruhan RT tersebut menjadi lebih dari 140 buah karakter.

Bentuk berikutnya adalah kita mengomentari RT tersebut, untuk memberikan konteks terhadap kicauan kita. Masalahnya banyak yang menyalahgunakan RT itu sebagai Reply To. Ini membuat sebuah kicauan menjadi penuh dengan kode RT. Dilihat jadi tidak rapi.Sebenarnya jika kita membalas sebuah kicauan, Twitter memberikan fasilitas untuk melihat kicauan asli yang kita balas. Atau jika memang ingin memberikan konteks dari sebuah kicauan balasan, kita bisa mengutip seluruh atau sebagian dari kicauan yang kita balas dengan tanda kutip, ataupun dengan menyisipkan kode /re misalnya.

Mari, jangan mengacaukan RT sebagai Reply To.