Liburan Setiap Hari? Bisa Kok ....

Agus Surono

Penulis

Liburan Setiap Hari? Bisa Kok ....

Liburan yang terencana akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan mental. Jiwa dan raga seperti memperoleh energi dan semangat baru untuk menghadapi kegiatan sehari-hari. Liburan juga membawa fungsi penyegaran secara sosial (social recharge) dengan mendekatkan kita pada keluarga atau teman-teman yang sering terabaikan karena kesibukan sehari-hari. Secara khusus dari aspek kesehatan emosional, berlibur memberi banyak peluang bagi kita untuk mengalami pengalaman puncak (peak experience). Bayangkan saat kita menatap Matahari terbenam dan dalam hitungan detik kita merasakan kekaguman luar biasa dengan keindahan langit kala senja. Saat itu kita sudah mengalami pengalaman puncak. Pengalaman-pengalaman semacam ini diyakini Abraham Maslow, penggagas psikologi humanistis, penting untuk kematangan emosi. Masih dari segi emosi, liburan memberi kesenangan. Terkait dengan hal ini, para pakar psikologi positif mengacu kepada teorianticipal pleasureyang dikemukakan ekonom William Stanley Jevons pada awal abad ke-20. Mereka mengungkapkan bahwa kesenangan yang didapat dari berlibur sebenarnya sudah dimulai sejak kita merencanakan liburan. Kepuasan ini semakin terasa menjelang harinya tiba dan mencapai puncaknya pada hari pertama liburan. Kenikmatan-kenikmatan seperti ini berpadu dengan kegembiraan yang kita rasakan saat sedang liburan dapat memperkaya sekaligus menyeimbangkan aspek-aspek emosional kita. Seperti yang dikatakan filsuf Yunani, Epicurus, tidak mungkin manusia dapat memiliki hidup menyenangkan tanpa hidup bijak dan melakukan hal-hal bermakna. Begitu juga sebaliknya, manusia tidak mungkin memiliki hidup bermakna tanpa mengalami kesenangan-kesenangan diri dalam dalam hidup. Karena dalam hidup yang penting adalah menyeimbangkan keduanya, hidup yang bermakna (eudaimonia) dan kesenangan (hedonisme). Dengan cara tertentu, liburan adalah bentuk keseimbangan antara keduanya. Jika kebahagiaan menurut Thomas Merton, penyair yang juga biarawan, adalah persoalan harmoni dan keseimbangan, maka liburan pun menyumbang terhadap kebahagiaan kita. Oleh sebab itu, sering-seringlah liburan. Mungkinkah? Di sinilah pentingnya "mental" liburan. Jika kita memiliki mental liburan, kita dapat berlibur setiap hari, tidak perlu menunggu waktu libur panjang, tidak perlu menghitung jatah cuti. Bagaimana caranya? Kita dapat melakukan apa yang dinamakan Fred B.Bryant dan Joseph Verrof, keduanya pakar psikologi positif, sebagai liburan harian. Liburan harian ini penting untuk keseimbangan hidup setiap harinya. Caranya juga mudah. Siapkan waktu sekitar 30 menit per hari untuk memanjakan diri dengan sekedar duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi panas, membaca buku favorit, atau membeli jajanan pasar yang sudah lama tidak dicicipi. Daftar di atas dapat Anda tambahkan sendiri. Rencanakan setiap hari apa yang hendak Anda lakukan besok untuk berlibur singkat. Jangan lupa, kenikmatan liburan sudah dapat kita rasakan sejak merencanakannya. (Intisari Juli 2011)