Penulis
Intisari-Online.com – Dalam setiap kemasan obat selalu ada peringatan untuk menjauhkan dari jangkauan anak-anak. Peringatan ini penting, karena menurut penelitian, satu dari empat anak-anak TK tidak dapat membedakan antara permen dengan obat-obatan.
Angka tersebut berdasarkan penelitian seorang anak dari Ohio, Amerika Serikat, Casey Gittelman (12 tahun). Meskipun dilakukan oleh anak-anak, tetapi penelitian tersebut telah dipresentasikan dalam forum American Academy of Pediatrics di Boston baru-baru ini.
Dalam penelitian tersebut, Gittelman mencampur 20 jenis permen dan obat-obatan dalam sebuah kotak. Dia kemudian meminta 30 siswa TK untuk memisahkan antara permen dan obat-obatan, dan sebagai perbandingan ia juga meminta 30 guru TK melakukan hal yang sama.
“Saya tidak terlalu terkejut ketika anak-anak tidak bisa membedakan antara obat dan permen, tetapi jika guru tidak bisa membedakannya, tentunya sangat mengejutkan. Saya pikir orang dewasa selalu bisa membedakan antara obat dan permen karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman dengan obat-obatan," kata Gittelman. Nyatanya ada juga guru yang tidak bisa membedakan antara permen dan obat-obatan.
Menurut catatan Gittelman, sebuah obat yang sering keliru dengan permen biasanya bentuknya bulat dan mengkilap karena diberi lapisan khusus dan tidak ditandai atau dicap yang menunjukkan bahwa itu adalah obat. Gittelman menyarankan agar perusahaan obat menghindari merancang obat-obatan yang serupa dengan permen.
Sementara itu, menurut data dari American Association of Poison Control Centers di Amerika Serikat, kasus keracunan obat pada anak cenderung meningkat. Antara tahun 2001 – 208 saja, jumlah kasus keracunan obat pada anak-anak hingga dilarikan ke rumah sakit meningkat sampai 30%.
Sebagian dari anak-anak tersebut menelan obat yang bukan diperuntukkan mereka. Mungkin karena warna obat yang menarik perhatian dan beberapa ada yang berlapis gula.
Dalam data yang diterbitkan jurnal Pediatrics, jenis obat yang sering menyebabkan keracunan obat pada anak-anak hampir selalu tersedia di rumah. Di antaranya adalah pil tidur, kelas analgesik, obat jantung, obat diabetes, obat flu, aspirin dan asetaminofen.
“Obat penenang yang kuat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar efeknya beragam mulai dari tidur sampai koma,” kata dr. Michael Lanigan, yang bertanggung jawab dari Unit Perawatan Intensif di SUNY Downstate New York, seperti dilaporkan oleh Foxnews.