Intisari-Online.com – Bukan hanya negara, tubuh kita pun ternyata memiliki semacam undang-undang dasar alias konstitusi. Dalam praktik pengobatan natural ala homeopati, faktor konstitusi ini bahkan memegang kunci. Tak akan ada rekomendasi atau resep yang didapat oleh pasien, jika karakter konstitusi tubuhnya masih jadi misteri buat sang terapis.
Berikut ini beberapa fakta seputar homeopati.
- Harga obat homeopati selalu lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan medis? Mestinya begitu. Apalagi bahan bakunya banyak yang berasal dari negara tropis seperti Indonesia. Sayang, para terapis kini belum punya banyak pilihan, lantaran obat-obatan yang kini digunakan, kebanyakan masih harus diimpor dari negara maju. Jadi, klaim “lebih murah” mungkin baru tercapai jika obat-obat tersebut sudah banyak diproduksi di dalam negeri. Banyak bersabarlah dulu.
- Homeopati bukan cuma memakai tumbuhan sebagai bahan baku obat? Betul. Kini ada lebih dari 3.000 obat-obatan dalam Homeopathic Pharmacopoeia (daftar obat homeopati). Bahan alaminya berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral. Dari tumbuhan, misalnya bawang merah (untuk bersin, batuk, mata, dan hidung berair, demam), dan jambu mete (fobia dan nervous, daya ingat menurun, cemas, lepra, dan penyakit kulit). Dari binatang contohnya lebah madu (untuk luka terbakar, bengkak, dan beberapa reaksi alergi). Sedangkan dari mineral potassium bichromate (sering dipakai untuk pewarna tekstil) untuk sinusitis, nyeri di akar hidung, nyeri di dahi, tonsil bengkak.
- Homeopati itu aman? Tentu, jika terapisnya bekerja sesuai standar homeopat dan mengerti dosis obat yang dibutuhkan pasiennya. Makanya dianjurkan datang ke terapis yang telah berpengalaman.
- Homeopati masuk golongan pengobatan tradisional? Tidak. Mereka memiliki evidence base yang telah dikumpulkan selama puluhan, bahkan ratusan tahun, dan khasiatnya telah diakui secara medis, sehingga masuk dalam kategori holistic medicine.
- Homeopati percaya, banyak kasus penyakit fisik berakar pada masalah mental dan emosional? Ya! Penyakit terjadi karena ketidakseimbangan antara body (andilnya 30%), mind (60%), dan soul (10%). Ada teori domino yang disebut PNEI (psiko/psikis, neuro/saraf, endoktrino/hormon, dan immunology/sistem kekebalan). Jika psikis seseorang terganggu, sistem sarafnya akan terganggu pula, begitu juga sistem hormon, dan akhirnya bermuara pada terganggunya kekebalan tubuh. (Mind, Body, and Soul)