Intisari-Online.com - Bila ingin maju dalam karier, bekerja keras dan bekerja dengan benar saja ternyata belum cukup. Kita harus tahu menempatkan diri.
Ada beberapa pertanyaan yang perlu kica ajukan kepada diri sendiri untuk mengetahui apakah kita menempatkan diri dengan tepat seperti berikut ini.
Seorang petenis top mengaku bahwa ia enggan menggunakan jasa manajer dari sebuah perusahaan. "Habis, tampang orang yang kalian kirimkan berantakan dan kacau-balau. Persis seperti saya," begitu kilahnya.
Ini bisa saja cuma masalah kerapian berpakaian, tetapi gara-gara komentar ini pemimpin perusahaan itu mengingatkan kepada stafnya agar lain kali ia lebih memperhatikan siapa yang akan ia temui dan apa tujuannya menemui orang itu. Soalnya, kalau seorang petenis profesional mencari manajer bisnis untuk mengelola penghasilannya, tentunya ia lebih mantap pada orang yang menjinjing tas kantor dan membaca majalah ekonomi daripada yang menjinjing raket dan membaca komik! Mengakrabkan diri dengan dunia orang yang akan didekati memang perlu, tetapi kita harus ingat tujuan kita menemui mereka.
Produk yang didengang-dengungkan "bagus untuk semua orang" biasanya malah tidak akan berhasil. Produk itu akan mudah dikalahkan di pasaran oleh produk lain dengan kemampuan terbatas, tetapi lebih efisien dan murah.
Sama halnya dengan tenaga kerja. Orang yang ahli menjual satu jenis produk biasanya lebih mudah memperoleh pekerjaan daripada orang yang mengaku ahli menjual apa saja.
Pada umumnya, kita tidak termasuk jenius serba bisa yang, misalnya, dapat mendesain, membuat, menjual komputer sampai menulis brosur tentang komputer! Jadi, penting sekali kita tekuni sekarang sesuai dengan kemampuan dan bakat kita.
Suatu hari salah seorang eksekutif sebuah perusahaan (sebut saja si A) diundang sebuah organisasi olahraga yang mengutamakan tradisi dan kurang menyukai perubahan. A sangat cerdas dan pandai sekali memecahkan masalah. Segala macam situasi dapat dengan cepat ia terjemahkan ke dalam bahasa matematis. Jadi, begitu pihak organisasi olahraga itu selesai membeberkan masalah mereka, seperti biasa ia dapat segera menjelaskan permasalahan itu dan menawarkan pemecahannya dengan menggunakan rumus-rumus matematis yang sangat ia kuasai.
Pimpinan organisasi olahraga itu tercengang-cengang melihat kelancarannya memberikan penjelasan, tetapi mereka mendapat kesan A sok pintar. Akibatnya, mereka kehilangan minat pada perusahaan tersebut.
Seandainya A agak menahan diri, lebih menunjukkan perhatian daripada terburu-buru memamerkan kebolehannya (misalnya dengan menunda usul pemecahan masalah itu beberapa hari kemudian), mungkin di mata mereka ia lebih simpatik.
Kesalahan konyol adalah kesalahan karena kita lalai atau tidak becus. Ini harus dihindari. Soalnya, seseorang dinilai tidak saja dari keberhasilannya, tetapi juga dari mutu kegagalannya.
Awal tahun '80-an, John Reed, wakil presiden direktur CitiCorp (bank terbesar di AS) membuat geger. Masalahnya, gara-gara ia membuka divisi kartu kredit, perusahaannya merugi AS $ 175 juta. Jelas, John Reed menarik perhatian para bosnya. Tidak hanya karena kerugian besar itu, tetapi juga karena kesalahan itu menunjukkan bahwa ia seorang eksekutif yang berani dan mantap dalam mengambil keputusan. Ketika kemudian berhasil mengatasi krisis tersebut dan divisi kartu kredit akhimya mampu beroperasi dengan menguntungkan, John Reed diangkat menjadi presiden komisaris CitiCorp pada tahun 1984.
Kesalahan semacam yang dilakukan John Reed bukan kesalahan konyol. Kesalahan konyol mengakibatkan orang ingin memecat Anda; sementara kesalahan "pintar" mungkin malah membuka jalan menuju sukses.
Jangan menjadi orang tak dikenal, tetapi jangan pula tergila-gila ingin menonjolkan diri. Cara terbaik untuk membuat Anda dikenal adalah dengan berprestasi bagus sehingga orang membicarakannya.
Dalam lomba berkuda, joki yang sering menang cenderung mendapatkan kuda yang baik. Demikian pula dalam karier. Orang yang paling berhasil cenderung naik "kuda yang baik". "Kuda yang baik" dalam karier bisa berarti entah perusahaan yang bonafid dan sesuai dengan kebutuhan kemajuan kariernya atau bos yang berkedudukan kuat sehingga dapat menerima gagasan-gagasan unik dari bawahan. (Kumpulan Artikel Psikologi 1)