Situs Gunung Padang (10): Warga Harus Dilibatkan

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Situs Gunung Padang (10): Warga Harus Dilibatkan

Intisari-Online.com - “Kalau menanam padi gagal, tahun depan menanam lagi. Tapi kalo penanganan situs gagal, siapa yang bertanggung jawab?” begitulah pemikiran sederhana Abah Ruskawan, budayawan dan Ketua Payuban Pasundan Cianjur, yang sempat menolak keras proses penelitian di Gunung Padang Cianjur.

Pemikiran tersebut beralasan. Menurut dia, yang namanya budaya kalau digabung sama pariwisata, pasti pariwisatanya yang cenderung menonjol. “Hal itu dibuktikan, pagar yang dahulu ada sekarang dicabut,” kata Abah. Selain itu, pembuatan menara pandang di area Teras V yang menurut Abah termasuk zona inti situs juga “merusak” areal situs.

Tim peneliti bersama Staf Khusus Kepresidenan, Andi Arif, kemudian melakukan silaturahmi ke Abah Ruskawan. Saat pertemuan itu, Abah meminta beberapa syarat. Abah meminta penelitian dilakukan secara berurutan. “Tentukan dulu zona inti sampai mana, luasnya berapa, lalu zona penyangganya berapa. Baru dilakukan ekskavasi, kemudian restorasi, termasuk penataan,” kata Abah.

Yang kedua, Abah menanyakan apa manfaat Gunung Padang buat masyarakat sekitar. “Jangan sampai mereka terusir, bukan jadi pelaku malah hanya jadi penonton,” tegasnya. Menurut Abah, saat itu Andi Arif mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjanji akan memakmurkan warga di sekitar Gunung Padang. “Infrastruktur akan dikembangkan, termasuk pemberdayaan masyarakat sekitar."

Maka itu, penelitian kali ini sudah mendapatkan persetujuan dari masyarakat, walaupun masih ada kecurigaan bahwa janji-janji itu tidak benar dipenuhi. Namun, Pak Asep Sudrajat, Juru Kunci Gunung Padang, sepakat jika Gunung Padang terus diteliti sampai tuntas, sehingga cerita mengenai asal-usul Gunung Padang bisa jelas. “Selama ini simpang-siur, macem-macem-lah, hasil penelitian,” kata Pak Asep. Selain itu, semakin terang Si Gunung Padang, tentu masyarakat juga terkena imbasnya. “Sekarang aja sudah banyak warung di kaki bukit,” kata Pak Asep dengan logat Sundanya.

-bersambung-