Penulis
Intisari-Online.com - “Rokok itu candu, susah untuk berhenti,” begitu kira-kira ungkapan orang-orang yang kesulitan untuk berhenti merokok. Keberadaan nikotin dalam rokok menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang tergantung pada rokok. Namun, sebuah temuan terbaru memberi secercah harapan. Para peneliti berhasil membuat vaksin yang mampu mengehentikan efek nikotin sebelum mencapai otak.
Dalam jurnal Science Translational Medicine, beberapa peneliti dari Scripps Research Institute, California, Amerika Serikat, mempublikasikan hasil penelitian mereka, yaitu keberhasilan membuat vaksin yang mampu mencegah efek nikotin pada tikus. Vaksin tersebut dibuat menggunakan cangkang dari virus yang tidak berbahaya. Para peneliti mengibaratkan cangkang tersebut seperti kuda Trojan karena memuat beberapa sel genetik untuk membuat antibodi melawan nikotin.
Tikus yang dipilih untuk menjadi objek penelitian kemudian diberi vaksin tersebut dengan cara disuntik. Cangkang virus tersebut tidak memuat unsur yang berbahaya saat menginfeksi sel hati tikus. Maklum, hati memiliki peran penting dalam proses kerja vaksin ini, yaitu bertugas sebagai “pabrik” yang secara terus-menerus mengaduk-aduk antibodi yang melekat pada nikotin dalam aliran darah. Beberapa minggu kemudian, ditemukan bahwa antibodi tersebut berhasil melawan nikotin dalam darah.
Setelah itu, mereka kembali menyuntikan sejumlah nikotin (yang setara dengan jumlah pada dua batang rokok), hasilnya antibodi tersebut berhasil mengikatkan diri pada nikotin. Dengan cara ini, maka nikotin tidak akan dapat masuk ke dalam otak. “Ini seperti memiliki permainan Pac-Man dalam darah,” ujar Ronald G. Crystal, kepala sekaligus profesor dari Weill Cornell Medical College, New York, Amerika Serikat.
Tikus yang diberi jenis vaksin baru tersebut ternyata juga memilki kandungan nikotin yang lebih banyak dibandingkan tikus yang diberi vaksin plasebo, meski begitu, hampir semuanya (83%) berhasil ditangkap oleh antibodi dari vaksin. Kandungan nikotin pada otak tikus yang diberi jenis vaksin baru juga jauh lebih sedikit dibanding tikus yang diberi vaksin plasebo.
Para peneliti juga tidak menemukan adanya efek secara fisik dari nikotin di tubuh tikus tersebut. “Apabila diberi nikotin, seperti halnya manusia, tikus tersebut tidak akan banyak bergerak atau mengalami penurunan tekanan darah dan detak jantung,” Crystal menjelaskan. Menurut Crystal, dengan ini terlihat bahwa memberi tikus tersebut vaksin sama saja memberinya air, “Mereka tidak memberikan respon apa pun,” ujar Crystal.
Sayangnya, penelitian ini baru dilakukan pada tikus. Masih perlu kajian lebih lanjut apabila diterapkan pada manusia. Apalagi meski saat ini sudah ada pula pengobatan (seperti Chantix) yang mampu mencegah efek dari nikotin, ternyata tidak semua orang dapat berhasil untuk berhenti merokok. (WebMD)