Find Us On Social Media :

Bagaimana Korban Penembakan Selamat?

By Ade Sulaeman, Rabu, 25 Juli 2012 | 18:31 WIB

Bagaimana Korban Penembakan Selamat?

Intisari-Online.com - Dalam aksi penembakan saat pemutaran perdana film Batman terbaru sebanyak 12 orang tewas. Namun, 58 orang lainnya berhasil selamat meski beberapa di antaranya masih dirawat dalam kondisi kritis. Belum diketahui detail seperti apa kondisi korban luka tersebut. Namun, berdasarkan kesaksian korban yang selamat, bagian yang tertembak adalah leher, perut, otak, tenggorokan dan kaki.

Menarik jika melihat banyaknya korban yang selamat dalam aksi tersebut, karena menguatkan fakta bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, korban penembakan di Amerika Serikat cenderung mengalami peningkatan peluang untuk selamat. Bahkan menurut Profesor Thomas Scalea dari University of Maryland Medical Center, angka peningkatannya mencapai 30 hingga 40 persen.

Faktor paling penting yang menyangkut keselamatan korban penembakan adalah lokasi luka, jumlah darah yang hilang, serta seberapa cepat korban dibawa ke rumah sakit terdekat. Misalnya saja jika yang bagian tertembak adalah hati atau jantung, maka kecenderungan selamat sangat kecil karena kedua organ tersebut dapat menyebabkan darah hilang dengan cepat.

Peran tenaga ahli juga menjadi sangat penting. Menurut Scalea yang tidak dilibatkan dalam penanganan korban penembakan di pemutaran film Batman tersebut, kini para petugas kesehatan lebih memilih untuk segera membawa korban ke rumah sakit dibanding melakukan upaya pemulihan kondisi korban di lokasi kejadian.

Upaya penyelamatan juga dapat berlangsung lebih cepat karena menggunakan alat pemeriksaan yang modern. Contohnya adalah penggunaan ultrasound untuk mendiagnosis pendarahan, termasuk pendarahan di dalam tubuh. Untuk menghentikan pendarahan juga tidak memerlukan operasi terbuka, melainkan hanya memasukan kateter yang dipandu sinar-X.

Andaipun memerlukan operasi terbuka, dokter menghindari dilakukannya operasi yang besar dan membutuhkan waktu yang lama. Dokter cenderung memilih untuk melakukan pengendalian kerusakan. Mereka memilih luka mana yang paling mengancam jiwa sebagai prioritas perawatan, baru kemudian mengobati luka-luka yang lain. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan kasus korban yang kehilangan darah jika operasi dilakukan dalam waktu yang lama. (MyHealthNewsDaily)