Biarkan Kidal, Atau Menjadi Gagap!

Nur Resti Agtadwimawanti

Penulis

Biarkan Kidal, Atau Menjadi Gagap!

Intisari-Online.com - Selama ini dipercaya, manusia primitif cakap menggunakan dua tangan. Tangan kanan mulai lebih sering dipakai pada zaman perunggu saat peralatan menjadi sangat penting. Tangan kanan pun dianggap lebih superior daripada yang kiri. Di masa Romawi kuno ada anggapan, tangan kiri adalah buruk. Sampai berabad-abad kemudian kidal masih dikaitkan dengan kecanggungan dan kebodohan.

Berapa banyak jumlah orang kidal? Tahun 1977 diadakan penelitian tentang karya seni, mulai lukisan batu di gua dari tahun 15000 SM hingga yang buatan tahun 1950. Disimpulkan mayoritas pelukisnya menggunakan tangan kanan. Pada 1999, proporsi orang kidal 8-10 % dari populasi total di dunia, meski sumber lain menyebutkan angka 10-15%.

Berhubung selama ini belum pernah tercatat adanya suatu budaya atau masyarakat yang seluruh anggotanya secara ekslusif kidal, lalu disimpulkan pemicu menjadi kidal bukanlah faktor budaya, tetapi biologis. Namun, untuk menentukan apa persisnya penyebab kekidalan, memang sulit. Apalagi semasa bayi, manusia melewati beberapa tahap dalam menggunakan tangan. Mulanya yang satu, kemudian yang lain, demikian berganti-ganti sampai di usia dua tahun, saat terbentuknya kecenderungan untuk lebih suka menggunakan salah satu tangan.

Sebenarnya, penelitian tentang tangan yang kidal dan yang bukan ini sudah mengusik pemikir tangguh Aristoteles dan Plato. Baru pada 1648 seorang dokter Inggris, Sir Thomas Browne, dalam bukunya Vulgar Errors, untuk pertama kalinya menghubungkannya dengan otak. Belahan kanan otak besar dominan terhadap organ belahan kiri, sebaliknya belahan kiri mengatur organ tubuh bagian kanan. Belahan kiri juga berfungsi sebagai pusat pemikiran logis, sedangkan belahan kanan lebih berperan dalam bidang keterampilan visual.

Selama ini, sebagian besar orang di dunia dituntut untuk berpikir rasional, akibatnya lebih banyak pula orang yang terbiasa memakai belahan otak kiri. Alhasil, organ bagian kanan yang dominan terpengaruh, termasuk tangan. Maka diduga, seniman yang lebih banyak menggunakan belahan otak kanan, tentu kecenderungan kidalnya lebih besar. Sesuai penelitian, persentase seniman yang kidal dua kali lipat dibandingkan dengan populasi umumnya. Di dalam kelompok ini antara lain Leonardo da Vinci, Charlie Chaplin, Judi Garland, dan Ringo Starr.

Selain otak, diduga ada sebab lain. Konon, 40% orang yang mengalami kerusakan otak yang hebat saat lahir akan jadi kidal. Maka diduga, orang menjadi kidal karena menderita cedera ringan di otak saat lahir, yang tak ketahuan. Tapi karena tidak setiap orang yang mengalami kerusakan otak menjadi kidal, faktor genetika mungkin berbicara juga. Ada beberapa teori genetika yang rumit. Di antaranya teori tentang warisan kecenderungan penyimpangan fungsi tangan kanan. Tanpa unsur ini dalam gen, orang akan menjadi pemakai tangan kanan ataupun kidal, sesuai pengaruh lingkungan saja.

Buktinya, menurut penelitian, bayi yang sering tidur dengan kepala menghadap kanan akan menjadi pengguna tangan kanan, sedangkan yang menghadap kiri cenderung kidal. Sehingga bayi yang meletakkan kepala ke arah kanan dan tidak kidal, berarti mempunyai warisan kecenderungan fungsi tangan kanan.

Ada lagi penemuan unik, penggunaan tangan berhubungan dengan kemampuan bicara. Orang kidal yang dipaksa mengingkari cirinya akan sulit membangun kemampuan bicara alias gagap. Hal ini terjadi pada Raja George VI dari Inggris.

Anak kidal biasanya mengalami kesulitan. Mulai dari menulis abjad -yang bentuknya memang sulit ditulis bagi para kidal- hingga menggunakan alat sehari-hari seperti gunting atau setrika (yang didesain untuk tangan kanan). Namun, tak terbukti kidal jadi faktor pengalang keberhasilan. Di antara mereka banyak yang terkenal, misalnya bintang sepakbola Brasil Pele, ilmuwan Benjamin Franklin, Presiden AS Harry S. Truman, dan David Rockefeller -presiden Chase Manhattan Bank. (Intisari)