Bayi Tabung Haruskah Mahal?

Nur Resti Agtadwimawanti

Penulis

Bayi Tabung Haruskah Mahal?

Intisari-Online.com - Teknik Fertilisasi In Vitro atau populer sebagai teknik bayi tabung, menjadi teknik pilihan untuk menangani infertilitas (kekurangsuburan) yang tak tertangani dengan teknik kedokteran yang sederhana. Tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang handal serta pesatnya teknologi reproduksi manusia dalam tiga dekade terakhir menyebabkan menjamurnya sentra bayi tabung di seluruh dunia.Berdasarkan data dari Family Fertility Center (FFC) RSIA Family, Jakarta, kurang lebih lima juta bayi telah dilahirkan melalui program bayi tabung di dunia, sejak program tersebut pertama kali dimulai pada 1978. Sementara di Indonesia, program bayi tabung diawali pada 1987 dan ditandai dengan lahirnya bayi tabung pertama Indonesia pada 1988. Dalam perkembangannya, saat ini sudah ada sekitar 15 sentra bayi tabung di Indonesia, dengan jumlah bayi tabung yang dihasilkan sekitar 3.500 bayi. Seribu diantaranya dihasilkan melalui program bayi tabung dari RSIA Family, Jakarta.Boleh dibilang, program bayi tabung masih merupakan teknologi yang mahal bagi sebagian besar pasien. "Tingginya harga obat serta peralatan dan kelengkapan laboratorium merupakan faktor utama mahalnya biaya bayi tabung," ujar dr. Muchsin Jaffar, Sp.K, dalam seminar "Bayi Tabung Haruskah Mahal?", Sabtu (20/10), di Jakarta. Memang, untuk bisa mengikuti program bayi tabung, minimal dana yang harus disiapkan adalah Rp50 juta.Namun kini dengan pesatnya perkembangan teknologi, proram bayi tabung telah membuka membuka peluang bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak untuk mengikuti program bayi tabung dengan tersedianya berbagai cara pengobatan. Istilah populernya iCOS (Individualized Control Ovarian Stimulation), yakni setiap pasien akan diberikan cara pengobatan yang terbaik dan paling sesuai dengan kondisi dan permasalahan pasien, termasuk juga kemampuan finansialnya.