Penulis
Intisari-Online.com - Peneliti di University of Liverpool telah mengembangkan metode baru untuk mendeteksi protein yang berhubungan dengan umur panjang. Metode baru ini membantu memahami bagaimana beberapa binatang mempunyai umur yang lebih panjang dibandingkan dengan lainnya.
Tim peneliti mengumpulkan gen lebih dari 30 mamalia untuk mengidentifikasi protein yang berkaitan dengan umur. Mereka menemukan bahwa protein, yang penting dalam perbaikan DNA rusak, berkembang dan bermutasi secara teratur di spesies yang berumur panjang. Mereka juga menemukan pola yang sama pada protein yang berkaitan dengan metabolisme dan kolesterol.
Temuan itu juga menunjukkan bahwa protein tertentu telah berevolusi di beberapa mamalia berumur panjang seperti gajah, termasuk juga manusia. Selama masa evolusi ini, mereka menemukan cara untuk memperbaiki kerusakan molekul. Berbeda dibandingkan dengan hewan berumur pendek, seperti tikus.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Joao Pedro Magalhaes dan Yang Li, siswanya, pada mulanya bertujuan untuk melihat pola evolusi sistem perbaikan biologis di hewan yang berumur panjang. Harapannya, hal itu bisa untuk mengembangkan metode anti-penuaan. Caranya adalah dengan mengidentifikasi protein yang merespons kerusakan DNA.
Dr. Magalhaes mengatakan bahwa masalah perbedaan umur ini masih menjadi pertanyaan bagi banyak peneliti. Seekor tikus umurnya kurang dari lima tahun, sedangkan manusia dapat mencapai 100 tahun. “Jika bisa mengidentifikasi protein yang memungkinkan spesies tersebut berumur lebih panjang, kita bisa menggunakan pengetahuan ini untuk meningkatkan kesehatan manusia dan memperlambat proses penuaan,” kata Magalhaes.
Hasil dari penelitian tersbut, hewan yang berumur lebih panjang mampu mengoptimalkan perbaikan molekular dan DNA, yang membantu mereka mencegah proses penuaan biologis.