Laga Desain bernama Red Dot

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Laga Desain bernama Red Dot

Intisari-Online.com - Kalau dunia perfilman punya penghargaan Oscar dan dunia musik punya Grammy, maka dunia desain punya yang namanya Red Dot Design Award. Ini penghargaan bergengsi untuk berbagai macam produk desain secara global.

Logo bulatan bola berwarna merah garis-garis ini menjadi jaminan mutu desain terbaik. Bukannya berlebihan karena untuk mendapatkannya, desainer harus berkompetisi dengan belasan ribu kompetitor dari sekitar 70 negara. Kriteria yang begitu ketat, dengan dewan juri yang terdiri atas puluhan pakar di bidangnya, tentu bukan hal yang mudah.

Kalau ditilik dari sejarahnya, Red Dot Design Award tidak bisa lepas dari sejarah Jerman sendiri, tempat asosiasi desainer terkemuka dan salah satu yang tertua, The Design Zentrum Nordrhein Westfalen. Bermarkas di bangunan yang dulunya adalah bekas bangunan tambang batubara Zollverein, gedung ini kini digunakan untuk memajang produk-produk pemenang Red Dot Design Award dari masa ke masa.

Monumen industrial yang menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO ini sebenarnya bukan bangunan pertama. Cerita berawal dari inisiatif Prof. Dr. Carl Hundhausen, Direktur Krupp Company, pada akhir Juli 1954. Dia ingin membuat pameran yang bersifat permanen untuk memamerkan produk industri yang patut diapresiasi.

Akhirnya dipilihlah Villa Hügel di Essen, Jerman, bangunan residen milik keluarga industri Krupp, untuk dijadikan “museum desain”. Di bangunan yang kini dijadikan pusat pameran budaya di Jerman ini dipamerkan berbagai macam produk industri, mulai dari yang dibuat dari besi sampai tekstil.

Untuk pertama kalinya di dunia, pameran permanen produk industri itu dibuka pada 5 Oktober 1955. Pengunjung datang dari seluruh penjuru dunia, dari kalangan desainer, industri, juga orang umum yang penasaran dengan “museum desain” tersebut.

Di tahun-tahun berikutnya, mulailah cikal-bakal Red Dot Award dilangsungkan. Penghargaan di bidang desain diberikan setiap tahunnya. Produk pemenang akan dipajang di Villa Hügel.

Pada tahun 1961, “Haus Industrieform” (“Rumah bagi Produk Industri”) Vila Hügel ini dipindah ke sebuah sinagoga (tempat ibadah agama Yahudi) yang sudah tidak terpakai di Essen. Bangunan yang dinamakan The Old Synagoge ini pernah dihancurkan pasukan Nazi pada 1938. Oleh komunitas Yahudi di Jerman, sinagoga tersebut diserahkan kepada pemerintah kota Essen, yang kemudian direstorasi dan difungsikan sebagai pusat kebudayaan.

Kabakaran besar yang menghanguskan The Old Synagogue pada tahun 1979 memaksa asosiasi ini harus mencari rumah baru. Barang-barang yang masih tersisa dari kebakaran kembali dipamerkan satu setengah tahun kemudian di rumah baru mereka, The Amerikahaus di Kennedyplatz, pusat kota Essen.

Pada 1988, museum dipindah lagi ke sebuah bangunan bekas perpustakaan kota Essen yang pernah hancur karena bom pada 1943. Pada tahun 1990, struktur asosiasi ini dimantapkan, dan mengubah nama “Haus Industrieform” menjadi “Design Zentrum Nordrhein Westfalen”. Desainer komunikasi ternama, Otl Aicher, kemudian membuat desain logo untuk institusi ini. Logo yang dibuat adalah sebuah lingkaran (titik) berwarna merah dan tulisan “Design Zentrum Nordrhein Westfalen” di sebelah kirinya.

Dari situlah asal mula nama dan simbol penghargaan bergengsi di bidang desain itu muncul: red dot, atau titik berwarna merah. Di tangan Professor Dr. Peter Zec, Presiden Red Dot GmbH & Co. KG sejak Mei 2001, kompetisi tahunan ini menyebarkan spirit inovasi ke seluruh dunia. Pada 29 April 1997, asosiasi ini pindah ke bekas bangunan tambang batubara Zollverein sampai sekarang. The Design Zentrum sudah membuka kantor perwakilan di Tokyo dan Singapura. Museum Red Dot kedua juga dibuka di Singapura sejak 2005. (*)