Find Us On Social Media :

Kisah Kapal Yang Sial (1)

By Nur Resti Agtadwimawanti, Rabu, 28 November 2012 | 14:15 WIB

Kisah Kapal Yang Sial (1)

Intisari-Online.com - Sesekali mengalami celaka, masih terhitung jamak. Namun jika kesialan selalu menimpanya, mungkinkah ada faktor di luar dirinya yang jadi penyebab? Itu dialami Kapal Mary Celeste. Kalau tidak kandas, bertabrakan dengan kapal lain, ya kaptennya tahu-tahu tewas, atau seluruh awak kapalnya hilang. Apa sebabnya? Ini berbeda dengan kasus kapal selam Tang milik Angkatan Laut AS, yang kandas di dasar laut karena tertembak oleh torpedonya sendiri.

Siang itu, 5 Desember 1872, petugas menara pengawas pada kapal Dei Gratia melihat sebuah kapal yang terombang-ambing ditampar gelombang. Setelah diteliti, ternyata seluruh awak kapalnya menghilang. Nama kapal itu Mary Celeste. Inilah kapal yang nyaris sepanjang "hidupnya" tertimpa dan membawa sial.

Menurut The Unexplained, dulu kapal itu dinamai Amazon dan diluncurkan satu tahun kemudian sejak dibangun pada 1860, sebagai produk pertama sebuah konsorsium di galangan Joshua Dewis, di Nova Scotia, Pulau Spencer. Tak lama kemudian nasib buruk menimpa nakhoda pertamanya, Robert McLellan, orang Skotlandia. la jatuh sakit dan meninggal.

Ketika posisi nakhoda kemudian diambil alih John Nutting Parker, kapal itu terjebak di suatu wilayah dangkal dalam suatu pelayaran. Sebuah lubang besar yang menganga di lambungnya harus diperbaiki di galangan. Di sini lagi-lagi ia bernasib malang, mengalami kebakaran di bagian tengahnya, dan membuat kepemimpinan Kapten Parker berakhir.

Penyeberangan pertamanya melintasi Atlantik berlangsung mulus. Namun saat memasuki Selat Dover, Amazon menabrak sebuah kapal hingga tenggelam. Kembali ia naik galangan. Setelah diperbaiki dan mendapat kapten baru, Amazon berlayar pulang ke Amerika. Lagi-lagi ia kandas di batu karang di Cow Bay, Cape Breton Island, Nova Scotia, meski berhasil ditarik dan diperbaiki

Kisah selanjutnya tidak jelas, yang pasti pemiliknya terus berganti-ganti. Beberapa di antaranya bangkrut dan tak satu pun dari mereka yang punya kenangan manis dengan Amazon. Episode yang paling tragis bermula ketika ia diambil alih oleh J.H. Winchester and Co., sebuah konsorsium para pemilik kapal. Saat itu Amazon telah diperbesar, berbendera Amerika, dan diganti-namanya menjadi Mary Celeste.

Kapten antialkoholSekitar akhir September atau mungkin awal Oktober 1872, Amazon yang telah salin rupa menjadi Mary Celeste tampak tertambat di Dermaga 44 East River, New York, bersiap siap memulai pelayaran baru dengan awak kapal baru pula.

Kapten kapalnya Benjamin Spooner Briggs, penduduk New England kelahiran Wareham, Massachusetts, 24 April 1835. Kapten yang puritan dan amat disiplin ini berasal dari keluarga pelaut. Keyakinan beragamanya yang kuat sering berlebihan, termasuk pantangnya terhadap alkohol. Tak seorang awak pun boleh membawa minuman beralkohol kecuali sebagai muatan. Oleh kenalannya, Briggs digambarkan sebagai orang berkarakter kuat, nakhoda yang aktif dan piawai. Briggs ternyata juga pemegang saham Mary Celeste.

Tentang konduite para awak kapal lainnya diketahui bersih dan terampil. Di kapal itu ikut serta istri kapten kapal -Sarah Elizabeth, dan salah satu dari dua anak mereka, Sophia Matilda (2). Sabtu, 2 November 1872, kargo dimuat ke atas kapal. Mary Celeste membawa 1.701 barel alkohol yang didenaturasi - alkohol yang siap digunakan untuk apa pun kecuali diminum - kiriman Meissner Ackerman and Co., pedagang New York, untuk H. Mascerenhas and Co. di Genoa, Italia.

Pada 5 November kapal pandu Sandy Hook menuntun Mary Celeste dari dermaga 44 ke bagian teluk sebelah luar dekat Staten Island, New York. Karena Samudera Atlantik saat itu diserang badai, Briggs hanya bisa membuang jangkar. Barulah tanggal 7 mereka mulai meluncur mengarungi lautan.

Kapal tanpa awak

Tepat delapan hari setelah Mary Celeste meninggalkan New York, kapal Dei Gratia mulai berlayar ke Gibraltar. Nakhodanya David Reed Morehouse dari Nova Scotia dengan kelasi pertama Oliver Deveau. Pada 5 Desember pukul satu siang lewat beberapa menit, John Johnson - awak yang sedang memegang kemudi - melihat kapal besar ± 8 km jauhnya dari haluan kiri. Melihat layarnya tak keruan dan kapal oleng ke satu sisi, akhimya Kapten Morehouse memerintahkan untuk memberi bantuan.