Intisari-Online.com - J. Maureen Henderson melakukan percobaan ekstrim. Pada bulan September, secara bertahap ia mulai menghentikan aktivitas internetnya. Ia berhenti menggunakan Twitter dan mulai beralih ke Facebook, yang notabene menghentikan kegiatan blog-nya. Ia tak berhenti berkorespondensi melalui email, namun ia berhenti menggunakan media sosial seperti Twitter dan Facebook. Ia mulai berbagi foto dengan cara konvensional, yakni surel (email). Kini ia punya waktu lebih untuk pergi ke pusat kebugaran, serta berbagai aktivitas offline. “Semakin sedikit waktu yang kualokasikan untuk mengurus image online, semakin banyak kesempatan yang datang padaku,” ujar Maureen.
Oleh karena itulah, Maureen berpendapat, 2013 ialah saat tepat melepaskan diri dari media sosial. Kecuali Anda pengurus media sosial di sebuah merek tentunya.
- Meruntuhkan kepercayaan diri?Penelitian di Inggris menemukan 50% pengguna media sosial yang mengevaluasi dirinya sendiri, menganggap media sosial seperti Twitter dan Facebook justru berdampak negatif pada diri mereka sendiri. Para responden menyatakan, media sosial membuat kepercayaan diri mereka makin rapuh. Rupa-rupanya, para pengguna media sosial kerap membandingkan diri mereka sendiri dengan teman-teman Facebook dan Twitter mereka. Sepertinya klise dan absurd, tapi bayangkan bila tiap hari Anda harus menatap teman sebaya kalian yang kini berhasil menjadi CEO atau bersekolah di universitas luar negeri terkenal. Bagi beberapa orang, hal itu bisa membuatnya rendah diri.
- Daripada tekanan darah tinggi.Twitwar (perang kalimat di Twitter), trolling, bersumpah serapah, menyombongkan diri, dan banyak hal lainnya jadi beberapa sisi negatif dari media sosial. Bila Anda kerap terlibat dengan twitwar atau situasi negatif di media sosial, mungkin itu saatnya untuk berhenti. Situasi negatif di media sosial juga berdampak besar pada tekanan darah Anda. Apalagi jika kalah dalam argumentasi, rasa kesal bisa dibawa-bawa ke kehidupan nyata. Lebih enak mana, darah tinggi gegara Twitter atau menyantap sate kambing?
- Maya tak bisa gantikan nyata.Hampir seperempat masyarakat Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka kerap gagal untuk mengabadikan momen-momen penting dan membaginya ke media sosial. Kehadiran teknologi komunikasi dalam hidup sehari-hari seakan memberikan pandangan baru, dunia digital adalah pusat kegiatan yang sebenarnya. Mencari pekerjaan baru, hingga mencari jodoh bisa dilakukan tanpa harus bersusah payah berkenalan di sebuah acara.
Faktanya, 90% pencari kerja menggunakan media online untuk mencari kerja. Sedang 5% nya menggunakan cara konvensional, yakni dengan bersosialisasi di pesta atau acara-acara tertentu. Kejutan untuk Anda, 70-80% lowongan pekerjaan menjanjikan tak pernah disebar secara online! Jadi, jika keuntungan yang Anda dapatkan dari media sosial hanyalah hadiah gratis dari lomba-lomba Twitter, mungkin inilah saatnya menghabiskan waktu lebih banyak untuk hal-hal produktif di dunia nyata. (Forbes)