Find Us On Social Media :

Di Asia, Merek Global Masih Andal

By Agus Surono, Jumat, 25 Januari 2013 | 16:21 WIB

Di Asia, Merek Global Masih Andal

Intisari-Online.com - Lebih dari setengah (55%) konsumen online (daring) di Asia Pasifik lebih suka membeli produk baru dari merek yang sudah dikenal daripada beralih ke merek baru. Begitu hasil penelitian terbaru dari Nielsen, pemimpin global penyedia informasi dan insights dari apa yang konsumen tonton dan beli.

"The Nielsen Global Survey of New Product Purchase Sentiment" melakukan survei terhadap lebih dari 29.000 responden daring di 58 negara. Hasil survei tersebut memperlihatkan bahwa kedekatan terhadap merek memiliki pengaruh yang sangat kuat pada konsumen di Asia Pasifik. Mayoritas konsumen tidak akan membeli produk baru sebelum produk tersebut dicoba dan telah teruji di pasar.

Hampir dua pertiga responden di Asia Pasifik (62%) memilih untuk menunggu sampai sebuah produk baru telah teruji sebelum memutuskan untuk membeli, dan kurang dari setengah (44%) responden tersebut bersedia untuk beralih ke  merek lain, jika dibandingkan dengan 57 persen responden di Timur Tengah/Afrika/Pakistan dan Amerika Utara, 56 persen di Eropa dan sedikit dibawah setengah dari Amerika Latin (47%). (Lihat grafik 1). Kemauan untuk beralih ke  brand lain untuk mencoba produk baru secara khusus lebih rendah di Thailand (30%) dan Jepang (23%).

“Melakukan inovasi pada merek yang telah ‘mapan’ dan dipercaya oleh konsumen di Asia dapat menjadi strategi yang kuat bagi perusahaan-perusahaan yang bermaksud mengubah perhatian mereka pada konsumen di pasar yang pertumbuhannya kuat ini,” tulis Therese Glennon, Managing Director, Innovation Practice, Asia Pacific, Middle East dan Africa pada siaran pers yang diterima Intisari-Online.com.

Survei Nielsen memperlihatkan bahwa jika dibandingkan dengan wilayah lain, kecenderungan konsumen di Asia Pasifik untuk memilih merek lokal daripada merek global lebih rendah pada saat mempertimbangkan untuk membeli produk baru.

“Di Asia, preferensi untuk merek global dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan brand lokal. Meskipun merek lokal mulai meningkat menjadi premium, persepsi mengenai kualitas masih menjadi isu. Tambahan lagi, sebagian besar sentimen positif terhadap merek global di Asia berakar pada persepsi konsumen Asia masih berkisar pada status kepemilikan penyedia produk global. Seiring berjalannya waktu, hal ini diharapkan untuk berubah seiring dengan kesiapan merek lokal untuk menandingi merek global dalam memposisikan diri di kelas premium dan menawarkan kualitas yang baik.”

Pada saat mengukur pengaruh produk baru dan inovasi pesan, tinjauan Nielsen atas 21 metode untuk mencapai konsumen melalui berbagai platform media dan iklan memperlihatkan bahwa kombinasi komunikasi dari mulut ke mulut, periklanan tradisional, dan aktivitas internet adalah cara yang paling meyakinkan untuk mendorong  tumbuhnya pengetahuan mengenai produk ataupun inovasi baru.

Meskipun 81 persen responden Asia Pasifik menyatakan bahwa komunikasi dari mulut ke mulut melalui keluarga dan teman adalah sumber informasi yang paling meyakinkan tentang produk baru (dibandingkan dengan 77% konsumen global keseluruhan), namun aktifitas internet (71%), iklan-iklan di situs web yang sering dikunjungi (63%) dan iklan TV  tradisional (60%)  tetap menjadi komponen utama dalam kombinasi yang mempengaruhi konsumen. (Lihat grafik 2).

“Tidak ada satu jenis pendekatan yang paling pas untuk membangun dan memasarkan produk baru yang menarik,” tutur Glennon. “Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan permintaan konsumen bergeser di Asia Pasifik tidak dengan serta merta menjamin kesuksesan sebuah produk baru. Dengan fokus memenuhi kebutuhan, menciptakan solusi yang berbeda, dan mengembangkan produk yang siap ditawarkan di pasar; marketer  dan produsen akan dapat menciptakan peluang terbaik untuk meraih sukses di Asia Pasifik.