Penulis
Intisari-Online.com - Pluto adalah sebuah planet kerdil dalam sistem Tata Surya Bimasakti. Sejak 2006, Pluto tidak lagi dikategorikan sebagai planet inti dalam sistem Tata Surya oleh Himpunan Astronomi Internasional (IAU). Pluto disebut planet kerdil atau minor (dwarf planet) karena sejak penemuannya pada 1930 sampai 2006 telah ditemukan objek lain di bagian terluar Tata Surya yang komposisinya mirip dengan Pluto, seperti Eris dan Ceres, planet kerdil lain.
Pluto memiliki orbit mengelilingi matahari yang unik, yaitu berbentuk elips dan kisaran panjangnya sekitar 4,4 miliar kilometer-4,7 miliar kilometer dari Matahari. Berbeda dengan planet lain di Tata Surya, Pluto cenderung mendekat ke Matahari saat mengorbit. Ada satu masa ketika Pluto berjarak lebih dekat dengan Matahari (atau Bumi) dibandingkan Neptunus.
Ada cerita unik yang mengawali penemuan Pluto. Sekitar abad ke-19, sejumlah astronom menemukan bahwa Uranus mengalami pergeseran orbit. Para astronom mengira, gravitasi Neptunus-lah yang mengacaukan orbit Uranus. Di akhir abad ke-19, barulah mereka mengetahui bahwa ada “planet lain" selain Neptunus yang mengganggu orbit Uranus.
Maka pada 1905, Percival Lowell, astronom AS, mulai mencari planet misterius tersebut. Bersama rekannya, William H. Pickering, Lowell membuat beberapa konsep lokasi planet yang dinamakannya “Planet X” tersebut. Sayang, Lowell keburu meninggal pada 1916, sebelum Planet X ditemukan. Namun bukan berarti pencarian berhenti. Nama Lowell diabadikan sebagai nama observatorium yang didirikannya pada 1894.
Pada bulan Januari 1930, Clyde Tombaugh, seorang peneliti yang meneruskan proyek Lowell, berhasil melihat gerak-gerik sebuah objek misterius, yang diyakininya sebagai sebuah planet. Hasil pengamatan itu dikirimkan ke Observatorium Harvard College untuk lebih memastikan. Hasilnya, benar itu sebuah planet!
Selanjutnya, digelar sayembara untuk menamai si Planet X tersebut. Nama “Pluto” diusulkan oleh Venetia Burney, seorang gadis berumur 11 tahun asal Oxford, Inggris. Gadis penggemar mitologi Yunani Kuno dan astronomi ini dengan riang mengusulkan nama “Pluto” kepada kakeknya, seorang mantan pustakawan di Oxford, Inggris, yang kemudian meneruskan nama itu ke Profesor Herbert Hall Turner, sampai akhirnya nama itu terdengar oleh rekan-rekannya di Amerika.
Setelah proses penyeleksian, pada 24 Maret 1930, tim peneliti mendapatkan tiga calon nama: “Minerva”, “Cronus”, dan “Pluto”. Akhirnya, pada 1 Mei 1930, “Pluto” lah nama yang ditentukan untuk planet kecil itu. Pada 19 Januari 2006, sebuah misi perjalanan ke Pluto dilakukan oleh Pemerintah AS. New Horizons, sebuah pesawat tanpa awak, berhasil diluncurkan untuk meneliti Pluto lebih dalam. Pesawat dengan dilengkapi dengan alat-alat canggih dan pengendali jarak jauh itu mampu merekam citra geologi dan morfologi Pluto dan Charon, satelitnya. New Horizons juga mampu memetakan permukaan Pluto dan menganalisis atmosfernya.
Untuk menghormati perjuangan Clyde Tombaugh dalam menemukan Pluto, abu jenazah Tombaugh yang meninggal pada 1997 diikutkan dalam pesawat nirawak itu. Saking jauhnya, saat ini perjalanannya menuju si kerdil ini baru separuhnya! New Horizons diperkirakan baru akan mendekati orbit Pluto pada 14 Juli 2015. (Dari berbagai sumber)