Find Us On Social Media :

Musibah Tenerife, Sejarah Kelam Dunia Penerbangan

By Agus Surono, Rabu, 27 Maret 2013 | 19:30 WIB

Musibah Tenerife, Sejarah Kelam Dunia Penerbangan

Intisari-Online.com - Tanggal 27 Maret 1977, dunia penerbangan berduka akibat kecelakaan dua pesawat terbang di Bandara Udara Internasional Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, Spanyol. Inilah tragedi yang melibatkan dua pesawat dengan korban tertinggi sampai saat ini.

Pesawat yang terlibat adalah PanAm penerbangan 1736 yang dinamai Clipper Victor dengan pilot Kapten Victor Grubbs dan KLM penerbangan 4805, dinamai Rijn di bawah kendali Kapten Jacob Veldhuyzen van Zanten. KLM 4805 melakukan lepas landas disatu-satunya landasan bandara itu, menabrak Pan Am yang sedang berjalan menuju landasan yang sama.

Tujuan semula kedua pesawat adalah Bandara Las Palmas. Namun berhubung terjadi sebuah ledakan di bandara Las Palmas yang menyebabkan satu orang tewas, menyusul ancaman bom kedua, semua pesawat tujuan Las Palmas dialihkan sementara ke bandara terdekat, termasuk ke Bandara Los Rodeos. Bandara ini langsung sibuk. Setelah Las Palmas aman, pesawat-pesawat tujuan Las Palmas bersiap berangkat.

Nah, kedua pesawat bertabrakan ketika akan meninggalkan Tenerife menuju Las Palmas. KLM 4805 melakukan lepas landas tanpa izin dari menara pengawas lalu lintas udara (ATC) di saat PanAm 1736 menyeberangi landasan yang sama untuk bersiap lepas landas. Pilot KLM sempat mencoba memaksa pesawatnya lepas landas, namun baru mencapai sekitar 100 kaki pesawatnya menabrak PanAm. Korban tewas berjumlah 582 orang dan yang selamat 61 orang.

Investigasi menunjukkan bahwa, selain usaha lepas landas pesawat KLM tanpa izin ATC, kecelakaan tersebut disebabkan oleh kebingungan pilot kedua pesawat oleh instruksi ATC, yaitu masalah bahasa. Logat Spanyol kental ATC membingungkan pilot, serta pilot KLM juga tidak menggunakan bahasa standar penerbangan dalam komunikasi dengan ATC (bersifat ambigu, sehingga membingungkan ATC). Peralatan komunikasi serta peralatan darat lain juga tidak memadai untuk mengawasi pergerakan pesawat. Kondisi ini diperparah oleh kabut tebal yang melanda daerah itu pada hari kecelakaan tersebut.

Hari ini 36 tahun silam, dunia penerbangan berkabung! (Pelbagai sumber)