Intisari-Online.com - Nama Idjon Djanbi mendadak populer setelah "Note" di Facebook yang mengungkap kronologi penyerangan di Lapas Cebongan mengundang kontroversi. Siapa di balik akun Idjon Djanbi belum diketahui sampai saat ini. Yang jelas, Idjon Djanbi bukanlah nama asing di kalangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia adalah komandan pertama pasukan elite TNI AD.
Dinukil dari buku Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX yang diterbitkan Kopassus pada tahun 2000, disebutkan Mayor (Inf) Idjon Djanbi adalah komandan pertama Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III (Kesko TT III) pada 1952-1956. Kesko TT III adalah nama Kopassus saat itu. Kesatuan ini digagas beberapa tahun sebelumnya oleh Panglima TT III Kolonel (Inf) Alex Kawilarang, dan Letnan Kolonel (Inf) Slamet Riyadi.
Idjon Djanbi bukanlah orang asli Indonesia. Ia lahir di Kanada sekitar tahun 1915. Nama aslinya adalah Rokus Bernardus Visser. Terlahir sebagai putra seorang petani tulip yang sukses, selepas menyelesaikan kuliahnya Visser muda membantu ayahnya berjualan bola lampu di London.
Ketika itu perang dunia kedua dimulai. Karena tidak bisa pulang ke Belanda yang dikuasai oleh Jerman, Visser mendaftarkan diri ke dinas Ketentaraan Belanda yang mengungsi ke Inggris dan membentuk kekuatan baru di sana. Setelah itu dia ditugaskan menjadi sopir Ratu Willamena.
Setahun di pos tersebut dia mengundurkan diri dan mendaftarkan diri di sebagai operator radio (Radioman) di pasukan Belanda ke 2 (2nd Dutch Troop). Bersama dengan pasukan sekutu, Visser merasakan operasi tempurnya yang pertama, yaitu Operasi Market Garden pada bulan September 1944. Saat itu pasukan ini dimasukan dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat. Diterjunkan melalui pesawat layang Visser dan teman-teman Amerikanya mendarat di bagian dengan konsentrasi pasukan Jerman tinggi. Dua bulan kemudian saat dikumpulkan kembali, Visser digabungkan dengan pasukan sekutu yang lain dan melakukan operasi pendaratan amphibi di Walcheren, sebuah kawasan pantai di Belanda bagian selatan.
Kariernya terus menapak sehingga ia diterjunkan ke Indonesia mengusir Jepang di Indonesia. Ternyata Visser menyukai Indonesia dan mendirikan sekolah pasukan terjun payung di Papua yang waktu itu disebut sebagai Dutch west Guinea oleh Belanda. Sekolah ini menggunakansebuah bangunan rumah sakit Amerika yang telah ditinggalkan oleh pasukan Douglas Mc Arthur.
Setelah memutuskan tinggal di Indonesia dan menikah dengan wanita Sunda, Visser berganti nama menjadi Mochammad Idjon Djanbi. Ia menyambung hidup dengan bertani bunga di Lembang.
Pengalaman Idjon Djanbi sebagai anggota pasukan komando pada Perang Dunia II ternyata menarik perhatian Kolonel A.E. Kawilarang untuk membantu merintis pasukan komando. Idjon Djanbi kemudian aktif di TNI dengan pangkat mayor. Idjon segera melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan.Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi sebagai komandannya.
Dalam perkembangannya, nama pasukan khusus TNI AD memang pernah berganti beberapa kali. Sebelum disebut Kopassus, kesatuan elite ini pernah juga bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (Menparkoad), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandda), dan Kopassus.
Nama Idjon Djanbi kini diabadikan sebagai nama Kesatrian di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat. (pelbagai sumber)